PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bekerjasama dengan Air Products & Chemical Inc (APCI) dan PT Pertamina dalam proyek hilirisasi batubara dengan mengembangkan Dimetil Eter (DME) sebagai substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG). PTBA dan Air Products mengembangkan DME dan menjualnya ke Pertamina senilai USD 378 per ton lebih ekonomis karena harga rata-rata LPG sebesar USD 470 per ton. Pengembangan DME dilakukan di kawasan Industri Enim atau Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek gasifikasi tersebut menelan dana investasi sebesar Rp 33 Triliun, dan membuka lapangan pekerjaan 12.000-13.000 dari sektor kontruksi, 11.000-12.000 dilakukan di hilir oleh Pertamina. Proyek gasifikasi ini jka sudah berjalan dapat mengurangi subsidi dari APBN sekitar Rp 7 Triliun per tahun.
APCI melakukan investasi sebesar USD 2,1 Miliar setara Rp 30 Triliun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek gasifikasi ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun. Sedangkan Impor LPG di Indonesia sangat besar yaitu mencapai Rp 80 Triliun per tahun dari kebutuhan sekitar Rp 100 Triliun.
Pembangunan fisik proyek ini membutuhkan waktu 30 bulan. APCI bertindak selaku investor dari sisi teknologi dan pembangunan, sedangkan PTBA yang akan menyediakan batubara gasifikasi menjadi DME, PT Pertamina (Persero) sebagai offtaker produk yang akan mengganti LPG.
PTBA sendiri sedang merampungkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumsel-8 dimana proyek tersebut akan membutuhkan 5,4 juta ton batubara, dan PLTU ini diharapka dapat beroperasi penuh secara komersil di Q1 2022. PLTU Sumsel-8 ini berkapasitas 2×620 megawatt yang merupakan proyek kongsi PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd di bawah PT Huadian Bukit Asam Power sebagai independent power producer (IPP) yang menelan investasi USD 1,68 Miliar.
Adanya perang berkepanjangan Rusia vs Ukraina mengakibatkan krisis energi di Eropa, PTBA sudah mulai ekspor batubara secara spot ke Italia sebanyak 140.000 ton di sepanjang Semester I 2022 yang dilakukan melalui Trader. PTBA juga menjajaki kemungkinan ekspor batubara ke Polandia dan Jerman. Saat ini PTBA melakukan ekspor batubara ke negara-negara asia seperti China (2%), India (18%), Thailand (3%), Vietnam, Korsel (4%). PTBA mematok porsi ekspor 40% dan dalam negeri 60% dari total produksi.
Hingga Semester I 2022, PTBA memproduksi 15,9 juta ton batubara dengan target di 2022 sebesar 36,41 juta ton. PTBA mencapai laba bersih Rp 6,2 Triliun naik 246% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu Rp 1,8 Triliun. Pendapatan menjadi Rp 18,4 Triliun naik 79% dari periode yang sama tahun lalu. PTBA menyupply batubara ke PLN sebanyak 7,3 juta ton (50% dari penjualan PTBA) hingga Semester I 2022.
PTBA banyak ekspor ke India dengan kontribusi Rp 1,83 Triliun per akhir Maret 2024.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi / Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi / Trading dari Pembaca.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini: