PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) sebagai produsen batubara kokas keras (metalurgi) yang merupakan salah satu bahan baku utama dalam produksi besi dan baja untuk bahan bakar blast furnance sebab setiap satu ton baja membutuhkan kurang lebih 770 kg batubara kokas. ADMR menghasilkan produk batubara keras yang memiliki kadar abu dan fosfor yang sangat rendah serta kadar vitrinite yang tinggi, karakteristik batubara yang sangat dicari dan dihargai oleh Produsen Baja.Jadi Batubara Kokas keras ini merupakan bahan baku dalam produksi baja bukan untuk pembangkit listrik tenaga uap. ADMR memiliki basis cadangan dan sumber daya batubara yang besar mencapai 170,7 juta ton cadangan dan 980 juta ton sumber daya batubara metalurgi berkualitas tinggi yang menjadi peluang pertumbuhan bagi ADMR.
ADMR memiliki 5 anak usaha yang memiliki konsensi tambang berdasarkan PKP2B (Perjanjian Karya Penguasaan Pertambangan Batubara) yang berlokasi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dengan total luas 146.579 hektar. Kelima konsensi PKP2B tersebut merupakan bagian dari Cekungan Kutei Atas (upper Kutei Basin) yang memiliki endapan batubara metalurgi yang merupakan salah satu area greenfields terbesar secara global. ADMR membayar royalti 13,5% dengan pajak normal 22%. Saat ini ADMR melalui anak usahanya yaitu PT Lahai Coal (LC) dan PT Maruwai Coal (MC) telah mengoperasikan dua konsensi PKP2B. Maruwai Coal satu-satunya konsensi yang menjalankan aktivitas produksi dan memproduksi batu bara kokas keras dari Tambang Lampunut, sedangkan Lahai Coal masih melakukan optimalisasi tambang.
ADMR berpotensi untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan Muara Tuhup dimana pelabuhan utama tambang batubara Maruwai dan Lahai memiliki kapasitas 2,5 juta ton pada 2021 dan akan naik menjadi 3,5 juta – 4 juta ton di tahun 2022 ini. Dalam jangka panjang, secara bertahap kapasitas pelabuhan tambang batubara ini akan meningkat menjadi 6 juta ton dalam jangka panjang. ADMR memiliki pangsa pasar ke Cina, Jepang dan tentu saja untuk Indonesia. Hingga September 2021,penjualan batubara ADMR mencapai 1,55 juta ton, sementara produksi batubara ADMR mencapai 1,73 juta ton di periode yang sama.
ADMR akan membangun smelter aluminium di Green Industrial Park, Kalimantan, Hal ini dilakukan setelah ADRO menetapkan PT Adaro Aluminium Indonesia menjadi entitas di bawah kendali ADMR, sehingga setelah proses akuisisi selesai, ADMR akan memiliki kendali 100 persen, dikurangi 1 saham, di Adaro Aluminium. ADRO sendiri telah menandatangani letter of intent untuk investasi sebesar USD 728 juta setara Rp10 triliun untuk membangun Pabrik peleburan aluminium di Tanah Kuning, Kalimantan Utara, modal tersebut akan mengalir ke proyek pembangunan smelter aluminium di kawasan industri hijau yang dikembangkan oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia, dengan rencana kapasitas smelter mencapai 500.000 ton yang diperkirakan akan beroperasi pada 2024 dan akan memproduksi aluminium ingot dan aluminium lembaran yang mana hasil produksinya terutama digunakan pada paduan die-casting, industri baterai, industri percetakan dan pencelupan, industri farmasi, industri karet, industri kimia dan lainnya.
Di Q1 2022, ADMR membukukan pendapatan usaha sebesar USD 182,14 juta naik 188,75% dari laba bersih di Q1 2021 sebesar USD 63,08 juta, hal ini ditunjang kenaikan volume penjualan dan harga jual rata-rata (Average Selling Price – ASP) secara year-on-year. Laba bersih mencapai USD 83,46 juta naik 835,51% dari laba bersih di Q1 2021 sebesar USD 8,91 juta.
Terkait penggunaan dana IPO dimana saat IPO ADMR memperoleh Rp 583,22 miliar, dana IPO sudah digunakan sebesar Rp 240,5 Miliar. Dimana dana IPO digunakan untuk membayar kembali sebagian pokok atas pinjaman senilai USD 186,9 juta kepada PT Adaro Energy Indonesia Tbk, sisa dana IPO Rp 342,7 miliar
Hingga Semester I 2022, ADMR mencetak pendapatan senilai USD 435,66 juta naik 165,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 164,15 juta. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 202 juta naik 490,99% dari periode yang sama tahun lalu yaitu USD 34,18 juta.
ADMR melalui Adaro Indo Aluminium (AIA) memproduksi MetCoal Premium yang digunakan untuk peleburan Aluminium yang menjadi salah satu bahan EV.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi / Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi / Trading dari Pembaca.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini: