Crude Palm Oil (CPO), ini lagi hot-hotnya ya selain karena harga CPO ditingkat dunia yang rally terus hingga mencapai 5820 malaysia ringgit di 15 Feb 2022, juga kelangkaan minyak goreng di dalam negeri plus ditambah penerapan Domestic Market Obligation (DMO) sesuai apa yang diatur oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 2/2022 tentang Perubahan atas Permendag No 19/2021 tentang Kebijakan Pengaturan Ekspor.
Seluruh eksportir yang akan mengekspor wajib memasok 20 persen dari volume ekspornya dalam bentuk CPO dan Refined, Bleached, & Deodorized (RBD) palm olein ke pasar domestik dengan harga Rp 9.300 per Kilogram untuk CPO dan harga RBD palm olein Rp 10.300 per liter olein. Jadi untuk pelaku usaha untuk memperoleh persetujuan ekspor CPO, harus memenuhi syarat yaitu Surat Pernyataan Mandiri bahwa eksportir telah menyalurkan CPO, RBD Palm Olein dan minyak jelantah untuk kebutuhan dalam negeri yang disertai dengan kontrak penjualan, rencana ekspor dalam jangka 6 bulan ke depan dan rencana distribusi dalam jangka 6 bulan ke depan.
Sedangkan untuk market domestik, tetap menggunakan mekanisme harga lelang di PT Karisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), jadi harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani tetap mengikuti mekanisme lelang di KPBN tanpa di ikuti dengan penawaran seperti harga DPO (domestic price obligation).
Menurut Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Bapak Togar Sitanggang yang dilansir dari Bloomberg tanggal 28 Jan 2022, kebijakan pemerintah terkait DMO CPO ini tidak akan secara signifikan memghambat pengiriman CPO ke Luar Negeri, Ekspor CPO Indonesia mungkin turun hanya 1 juta ton tahun ini menjadi 33,2 juta ton atau turun 3 % hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi minyak tropis untuk makanan dan kebutuhan biodisel. GAPKI memperkirakan konsumsi minyak sawit domestik tahun ini naik 12% menjadi 20,6 juta ton, ini termasuk 8,8 juta ton untuk biodisel. Sedangkan permintaan domestik untuk minyak goreng akan mencapai 5,4 juta kiloliter sehingga akan membutuhkan sekitar 8 juta ton minyak sawit mentah.
Sepanjang tahun 2021, Kementerian Perdagangan mencatat nilai ekspor CPO dan turunannya dalam kode HS 15 mencapai USD 32,83 Miliar naik 58,48% dibandingkan dengan realisasi ekspor di Tahun 2020 sebesar USD 20,72 miliar. Tidak heran Produk Minyak Sawit menjadi penyumbang ekspor non migas terbesar setelah batubara selama periode tersebut.
Di Palembang sendiri, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), di Sumatera Selatan berkomitmen untuk memproduksi Industrial Vegetable Oil (IVO) yang menjadi bahan baku untuk bensin Sawit, jadi IVO yang berasal dari tandan buah segar (TBS) hasil panen petani MUBA sawit dibawa untuk dikonversi menjadi bensin sawit di pabrik percontohan PT Pura barutama Divisi Engineering Kudus, Jawa Tengah. Dalam skala uji coba tersebut menghasilkan 1.000 liter per hari dimana umpan atas bensin sawit itu adalah IVO yang diproduksi unit Muba. Sementara TBS nya berasal dari hasil program peremajaan sawit rakyat (PSR) di Kecamatan Sungai Lilin dan keluang.
Jadi Pilot Plant IVO yang telah dibangun di kabupaten MUBA tersebut merupakan kerjasama dengan Tim Peneliti Teknik Kimia ITB dan stakeholder terkait. Selain itu proyek percontohan ini juga didukung dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPKS) dengan kapasitas 6 ton IVO per jam. Menurut Plt Bupati Muba bapak Beni Hernedi, MUBA ini menjadi pilot project pengembangan hilirisasi PSR menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT).
Untuk CPO sendiri harga CPO yang melambung di Q1 2022 ini didorong tingginya permintaan dari China menjelang Imlek, dari segi pasokan, produksi di malaysia masih stagnan juga dikarenakan masalah kekurangan Tenaga Kerja dan Cuaca La Nina di Nov 2021 hingga Feb 2022. Lalu adanya kebijakan penurunan tarif impor dari pemerintah India untuk CPO dan produk-produk turunannya menjadi 5 % dari sebelumnya 7.5%, sehingga dapat meningkatkan permintaan dari India.
Nah kalo sentimen negatif itu biasanya Fund manager yang menyoroti perihal ESG di Sawit, belum lagi perang dagang antara Komoditas Sawit dengan biji kedelai dan biji bunga matahari.
Kita lihat kinerja beberapa emiten CPO:
PT Astra Agro Lestari TBK (AALI) berdasarkan laporan keuangan per 30 Sep 2021, mencetak pendapatan sebesar Rp 18,01 Triliun dalam 9 bulan di tahun 2021 naik 35,21% dibandingkan realisasi Rp 13,32 Triliun disepanjang Jan-Sep 2020. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp 1,46 Triliun naik 150,62% dari realisasi Rp 582,54 Miliar dalam 9 bulan 2020.
AALI berhasil menanam kembali 4.471 hektar setara dengan 89,4% dari perkiraan penanaman kembali seluas 5.000 hektar pada 2021, harapannya di tahun 2022 juga ada 5.000 hektar untuk kegiatan penanaman kembali dikarenakan 42% tanaman dari lahannya sudah berusia di atas 21 tahun.
PT PP London Sumatera Tbk (LSIP) di Q3 2021, Penjualan mencetak angka Rp 3,34 Triliun naik 47% yoy. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 172% menjadi 752 miliar.
PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) di tahun 2022 menargetkan produksi TBS dapat tumbuh hingga 18%, TAPG akan meningkatkan kapasitas pabrik CPO menjadi 980.000 hingga akhir tahun 2022. Di Akhir tahun 2021 yang lalu TAPG mengoperasikan satu pabrik baru dengan kapasitas 45.000 ton per jam berlokasi di Kabupaten Sruyan, Kalimantan Tengah sehingga kapasitas produksi pabrik mencapai 950.000 ton di tahun 2021 ini. Di Q1 2022 ini TAPG menambah lagi kapasitas sebanyak 30.000 ton per jam di Pabrik kalimantan Timur sehingga tahun 2022 kapasitas produksi CPO menjadi 980.000 ton. TAPG menyediakan capex Rp 500 Miliar. Saat ini TAPG memiliki 24 lahan CPO, 1 kebun karet, 16 Pabrik CPO dan Satu pabrik karet di Jambi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Untuk Kernel, TAPG baru memproduksi 175.000 ton kernel, TAPG menyiapkan pabrik PKO yang akan mulai beroperasi tahun 2023.
TAPG hingga Semester I 2021 meraih laba bersih sebesar Rp 405,89 Miliar naik 250,91% dari laba bersih semester I 2020 sebesar Rp 115,66 Miliar. Penjualan naik 16,22% menjadi Rp 2,85 Triliun
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) membukukan laba bersih Q3 2021 sebesar Rp 424 Miliar naik 162% dibanding periode yang sama tahun lalu. Selama sembilan bulan pertama tahu 2021, DSNG mencetak penjualan sebesar Rp 5,1 Triliun naik 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Segmen penjualan kelapa sawit berkontribusi 81% dari total penjualan DSNG yaitu sebesar 4,1 Triliun, segmen usaha produk kayu DSNG makin membaik seiring pulihnya ekonomi negara tujuan ekspor DSNG yaitu jepang dan amerika serikat, dimana segmen usaha produk kayu mencapai Rp 956 miliar naik 35% dibandingkan tahun lalu.
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), kinerja keuangan per 30 Sep 2021 membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 1,03 Triliun naik 287,93% yoy dari RP 264,97 Miliar dimana penjualan naik 34,69 % yoy dari 2,74 Triliun menjadi 3,68 Triliun. Penjualan terutama berasal dari perusahaan terafiliasi yaitu PT Citra Borneo Utama (CBU) senilai Rp 3,26 Triliun atau 88% dari total penjualan SSMS per sep 2021. CBU memproduksi sejumlah produk penghiliran dari CPO seperti Stearin dan Olein. Dari sisi produksi SSMS mampu menghasilkan CPO sejumlah 340.559 ton per september 2021 naik 7% yoy dari sebelumnya 319.533 ton. Harga jual naik menjadi Rp 9,3 juta per ton dari sebelumnya Rp 7,78 juta per ton. Saat ini utilisasi Pabrik CBU berkisar 70-80% dan di tahun ini diharapkan utilisasi pabrik CBU meningkat menjadi 90-100%. Saat ini SSMS sedang berunding dengan para pihak untuk mengakuisisi CBU. Jadi kalo dibaca di Laporan Keuangan per 30 Sep 2021 SSMS telah mengakuisisi 13% saham CBU dengan total harga akuisisi sebesar Rp 600 Miliar pada 29 Des 2020 dan SSMS saat ini memegang 32% saham CBU dan akan meningkatkan porsi kepemilkan saham CBU tapi ya masih proses perundingan.
Support Podcast Sahamdaily dengan Kasih Rating dan comment ya di Apple podcast, spotify maupun di noice ya supaya tem sahamdialy makin semangat buat nyiapin materi podcast ya.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini: