PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) yang bergerak di bidang Energi dan Kimia melalui Kilang LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan Pabrik Amonia.
ESSA merupakan salah satu produsen amonia di Indonesia dan merupakan perusahaan pertama di dunia yang memanfaatkan teknologi terbaru KBR Reforming Exchanger System dan Purifier Technology, dimana Produksi Amonia ESSA digunakan untuk memproduksi produk kimia hilir seperti nilon, resin, serat akrilik, asam nitrat, kaprolaktam, akrilonitril, soda ash/ natrium karbonat untuk industri otomotif, kaca, deterjen dan bahan baku MSG.
ESSA serius untuk menjadi Perusahaan Energi Bersih dengan pengembangan teknologi CCUS (Carbon Capture, Utilization & Storage) untuk menghasilkan Blue Ammonia, untuk itulah ESSA melakukan study kelayakan untuk memproduksi Blue Amonia dengan JOGMEC, Mitsubishi Corporation dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Harapannya Blue Ammonia menjadi alternatif bahan bakar rendah karbon.
ESSA selalu memperhatikan fluktuasi harga amonia, yang mana harga amonia sejak awal 2021 terus naik dikarenakan kenaikan harga gas alam (sebagai bahan baku) dan gangguan pasokan amonia akibat perang Rusia-Ukraina, Rusia menjadi pengekspor Amonia terbesar kedua di dunia. Harga Amonia di Q4 2021 sebesar USD 777 per metrik ton, sedangkan di Q1 2022 harga Amonia menyentuh USD 960 per metrik ton. Sekitar 80% dari produksi amonia digunakan untuk membuat pupuk Urea.
Hingga Q3 2022, ESSA mencetak pendapatan sebesar USD 557 juta naik 132% year-on-year. Laba bersih naik 1.183% dari USD 8 juta menjadi USD 105 juta. Adanya Perang Rusia-Ukraina menyebabkan kenaikan harga Amonia dan PLG yang mengikuti harga gas dan minyak mentah dunia. Saat ini harga Amonia di Asia dikisaran USD 900 per metrik ton. Harga actual Amonia ESSA dari Jan – Sep 2022 naik 105% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi USD 902 per Metrik Ton dibandingkan dengan USD 441 per Metrik Ton di periode Jan-Sep 2021. Produksi Amonia meningkat 16% secara year-on-year yang berkontribusi sebesar 93% terhadap Pendapatan ESSA hingga Q3 2022.
Di tahun 2022, ESSA menargetkan pendapatan bersih lebih dari USD 700 juta dan EBITDA USD 330 juta.
Gas menyumbang 65-85% dari biaya produksi Amonia, dengan adanya gangguan pasokan gas mengakibatkan harga gas di Eropa naik dan produsen amonia mengurangi bahkan menangguhkan produksinya, sehingga harga amonia makin membumbung tinggi. ESSA dengan adanya potensi tambahan pasokan gas dari pengembangan Senoro Tahap 2 akan memberikan peluang bagi ESSA meningkatkan kapasitas produksi. ESSA mencapai tingkat utilisasi 120% di Q3 2022 dengan total kapasitas produksi tahunan mencapai 743 ton.
ESSA akan melakukan private placement yang akan digunakan untuk investasi di anak usahanya yaitu PT Panca Amara Utama (PAU) yang akan menginisiasi produksi Amonia, sehingga pada 21 Des 2022, ESSA telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat dengan Chander Vinod Laroya (CVL) dan Garibaldi Thohir sebagai pembeli siaga untuk membeli 233.020 saham PAU dengan nominal sebesar Rp 1 juta per saham sebagai pembayaran terhadap pembelian saham PAU. Rencana Private placement ini akan meminta persetujuan dari pemegang saham melalui RUPSLB pada 8 Pebruari 2023 dan penambahan modal akan direalisasikan pada 17 Pebruari 2023. Untuk Amonia Biru sendiri, ESSA saat ini dalam tahap pertama studi kelayakan untuk mengukur emisi gas rumah kaca, dimana proyek amonia bebas CO2 akan mulai dikerjakan pada akhir 2023 dengan target komersil di tahun 2026
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi / Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi / Trading dari Pembaca.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini: