PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) produsen gas industri yang memproduksi acetylene, oksigen, nitrogen, argon, karbondioksida dan sebagainya. Hingga Q3 2022, SBMA meraih pendapatan Rp 73,42 Miliar naik 19,59% dari sebelumnya Rp 61,39 Miliar, sedangkan laba bersih SBMA naik 179,77% menjadi Rp 7,47 Miliar dari Rp 2,67 Miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya, kinerja yang baik ini didorong tumbuhnya permintaan gas industri untuk menunjang aktivitas pertambangan dan migas. Penjualan produk Acetylene mencapai Rp 21 Miliar, Argon Rp 15,03 Miliar dan Oksigen Rp 11,95 Miliar, Karbondioksida Rp 3,12 Miliar, Nitrogen Rp 2,40 Miliar.
Pada tahun 2022 ini SBMA menargetkan penjualan bisa mencapai Rp 98 Miliar, sedangkan untuk target penjualan tahun 2023 di Rp 123 Miliar dengan target laba bersih Rp 12 Miliar dengan Capex Rp 10 Miliar untuk pembelian peralatan distribusi liquid saat ASP (Air Separation Plant) beroperasi. Target tersebut didukung oleh ekspansi pabrik dengan unit Air Separation Plant dimana ASP difabrikasi di China dan akan dirakit di Balikpapan dan ASP ini dijadualkan akan commisioning pada Januari 2023. Proyek ASP ini menyerap dana sekitar Rp 39 Miliar, yang mana Rp 18 Miliar dana telah dihimpun SBMA lewat IPO di September 2021 yang lalu. Prospek bisnis ke depan masih terbuka karena gas industri dibutuhkan hampir semua bidang seperti potensi pada pabrik semen, kertas, refinery yang sangat butuh oksigen. SBMA optimis bisa meraih pasar gas liquid dengan potensi 5 juta liter per tahun yang mana eksisting saat ini hanya 3 juta liter per tahun, yang belum digarap ada 2 juta liter.
SBMA memiliki enam jaringan transportasi dan distribusi yang tersebar di Kalimatan (Samarinda, Berau, Bontang, Tarakan, Tanjung dan Nunukan). Beberapa pelanggan setia SBMA yaitu Pertamina (Persero), PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pama Persada Nusantara, PT Darma Henwa, PT Kukar Mandiri Shipyard, PT Trakindo Utama.
SBMA optimis adanya transisi energi dari bahan bakar berbasis fosil ke kendaraan listrik, gas industri SBMA juga akan tetap dibutuhkan dalam pembangunan smelter hingga pabrik baterai, bahkan kebutuhan gas saat pembangunan proyek Ibu Kota Negara berjalan, dimana penambahan infrastruktur dan gas pasti dibutuhkan.
SBMA memproyeksikan pendapatan bisa mencapai Rp 136 Miliar di Tahun 2024 dan Rp 154 Miliar di tahun 2025.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi / Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi / Trading dari Pembaca.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini: