GTSI

PT GTS Internasional Tbk (GTSI), emiten jasa sewa kapal untuk angkutan dan distribusi LNG,   hingga September 2022 mencetak laba tahun berjalan sebesar USD 4,56 juta dengan kenaikan pendapatan 69,3% menjadi USD 31,1 juta dari sebelumnya USD 18,37 juta. Kontribusi pendapatan GTSI didominasi jasa sewa kapal untuk gas alam cair senilai USD 21,95 juta naik 23,4% secara tahunan dari sebelumnya USD 17,79 juta pada September 2021, jasa sewa kapal untuk unit penyimpanan dan regasifikasi terapung senilai USD 8,76 juta dan segmen tunda dan tambat senilai USD 79.033.

GTSI fokus pada pengangkutan untuk penggunaan gas bumi untuk penggunaan pembangkit listrik, pemanas perumahan (komersial) dan industri (bahan kimia, pupuk dan hidrogen) jadi pengangkutan mencakup kepada ladang gas, pabrik pencairan, FSLNG, LNG carrier atau break bulking, bunkering LNG, FSRU, pengguna akhir dan pembangkit listrik terapung

Di tahun 2023, GTSI mengalokasikan Capex sebesar USD 24 juta yang akan digunakan untuk membeli Liquified Natural Gas (LNG) carrier dengan nilai antara USD 10-15 juta, kapal tersebut akan dikonversi menjadi Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) yang akan menelan biaya dikisaran USD 8-9 juta dan kedepannya kapal ini akan terutilisasi paling cepat di Q3 2023. Selanjutnya pada tahun 2025, GTSI menargetkan akan mengembangkan FSRU dan pada 2026 GTSI akan membeli pengangkut LNG ukuran kecil. Ekspansi FSRU permanen di Amurang, Sulawesi Utara, dimana pembangunan FSRU ini merupakan bagian dari kesepakatan anak usaha GTSI yaitu PT Sulawesi Regas Satu dengan PT PLN Gas & Geothermal (anak usaha PLN) untuk penyediaan bahan baku listrik di Sulawesi Utara, dimana kontrak ini diperoleh sejak tahun 2019 dan berlaku untuk jangka waktu 15 tahun. GTSI bertugas mengangkut dan mengubah LNG menjadi Gas (GTSI mengangkut LNG dari sumber di Bontang atau Tangguh menggunakan kapal miliknya yaitu Ekaputra 1 atau Triputra ke FSRU dan mengubahnya menjadi Gas, gas tersebut disalurkan ke Pembangkit Listrik).

FSRU yaitu kapal yang dilengkapi oleh peralatan yang mampu merubah LNG dari bentuk cair ke bentuk gas (Regasifikasi) untuk kemudian disalurkan ke komsumen melalui jaringan pipa gas.  Proses sandar antar kapal LNG dengan FSRU disebut sebagai operasi Ship-to-Ship (STS) yang juga menjadi area pengembangan bisnis GTSI. FSRU melakukan proses regasifikasi unit untuk mengubah LNG Cair dengan suku -160oC menajdi gas LNG dengan suhu lebih dari +10oC. Kemudian FSRU mengalirkan gas LNG tersebut melalui pipa gas bawah laut ke pembangkit listrik, jaringan pipa gas transmisi (end user).

Pasca merger antara Induk Usahanya yaitu PT Humpuss Maritime Internasional (HUMI) dan PT Hateka Trans Internasional (HTI), pemegang saham utama GTSI beralih ke HUMI sehingga formasi pemegang saham GTSI menjadi 84,80% PT HUMI, 15,20% Masyarakat (Data RTI 23 Des 2022).

HUMI sendiri telah mengoperasikan 29% kapal milik entitas usahanya dengan bahan bakar rendah sulfur yaitu Kapal LNG, sedangkan Kapal Non-LNG menggunakan bio-diesel. Penggunaan bahan bakar rendah sulfur di setiap kapal yang berlayar di perairan Indonesia diatur Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut No SE 35 Tahun 2019.

 

Disclaimer ON :
Masing-masing Trader/ Investor bertanggung jawab atas Transaksi yang dilakukan, keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan Trader / Investor. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Trader / Investor.
Yuk download Aplikasi Sahamdaily di Playstore maupun di AppStore
Username dan Password : huruf  kecil dan angka minimal 8 digit, misal Username: budiman9, Password: budi1234

Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini:

Join Membership

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *