LFP vs NMC

LFP vs NMC

LFP (Lithium Ferro Phosphate)

NMC (Nickel Manganese Cobalt)

LFP lebih cocok untuk mobil listrik dengan mengedepankan faktor Keamanan karena baterai LFP memiliki stabilitas termal yang tinggi, tahan terhadap risiko pemanasan berlebihan dan bahaya seperti Thermal Runaway, Umur Siklus Baterai yang lebih panjang dan awet, dan Dampak negatif ke lingkungan lebih rendah.  Baterai LFP diproduksi oleh Pabrikan China seperti CATL dan BYD. Pabrikan pengguna LFP : Wuling, BYD, Tesla, Toyota, Chery

Kekurangan LFP :

Kapasitas baterai lebih rendah dibandingkan kapasitas baterai NMC, jadi memerlukan ruang yang lebih besar untuk menyimpan jumlah energi yang sama dan lebih berat dari NMC ( ruang baterai LFP 1,8 hingga 2 kali dibandingkan NMC, berat LFP 1,5 hingga 2,8 kali dibandingkan NMC)

Kecepatan isi daya lebih lambat dibandingkan baterai NMC.

NMC lebih cocok untuk mobil listrik yang memerlukan kapasitas energi yang tinggi dan pengisian daya yang cepat. Produsen NMC : CATL, LG, Samsung SDI, SK Innovation, Envision, Northvolt, Farasis, Verkor, PowerCo. Pabrikan Mobil yang menggunakan NMC : Tesla, Hyundai, VW, Ford, Volvo, BMW, Toyota

Badan Energi Intersional menunjukkan pangsa pasar LFP untuk mobil listrik sebesar 27% pada tahun 2022, naik 10% dibandingkan 2021.

Pangsa pasar NMC sebesar 66% pada 2022, turun 10% dibandingkan 2021 yang mencapai 76%.

Sekitar 95% baterai LFP diproduksi di Cina, dimana produsen mobil listrik BYD  mendominasi penggunaan LFP hingga 50% dari total permintaan, sedangkan Tesla berkontribusi 15%. Tesla meskipun masih menggunakan baterai NMC, pangsa pasar baterai LFP pada Tesla meningkat dari 20% pada tahun 2021 menjadi 30% pada tahun 2022. Jadi sejak 2021, Tesla memilih untuk menggunakan baterai LFP karena jumlah bahan baku besi dan Lithium sangat melimpah. Amerika serikat, India, Inggris dan Jerman menjadi pengimpor baterai LFP terbesar.

Sedangkan di Indonesia, baterai untuk kendaraan listrik mayoritas menggunakan nikel mencapai 80% dan 20% sisanya antara lain Lithium, Graphite, Mangan Sulfat dan Kobalt.

Saat ini ESDM sedang fokus pada Boron yang merupakan komponen penting hydrogen fuel cells untuk kendaraan listrik, selain itu Boron juga bahan baku dari Neodymium Iron Boron (NdFeB) magnet dan bahan baku untuk Pyrex. Permintaan Boron naik 30% di tahun 2022. Boron ada dibeberapa daerah di Bledug Kuwu, Bledug Cangkring, Jono, Crewek, Kasonga dan Mamuju.

Untuk bahan baku Lithium pada kendaraan listrik, Indonesia harus impor dari Australia yang memiliki cadangan Lithium terbesar di dunia.

Wuling Air Ev dan Binguo EV, BYD Atto, BYD Seal, BYD Dolphin menggunakan baterai LFP karena unggul untuk jangka panjang dan daya tahannya terhadap suhu tinggi cocok dengan cuaca panas, dengan tegangan seluler yang relatif stabil selama penggunaan dan mampu bertahan hingga ribuan siklus pengisian daya.

Wuling Binguo EV varian long range, jarak tempuh 333 km kapasitas baterai 31,9 kWh, sedangkan versi premium range 410 km kapasitas 37,9 kWh.  Wuling Air EV Standard range dan Liye jarak tempuh 200 km kapasitas baterai 17,3 kWh, long range kapasitas 26,7 kWh melaju hingga 300 km.

Chery Omoda E5 menggunakan baterai LFP.

Yaris Cross HEV dan bZ4X menggunakan Li-Ion.

Tesla Model Y dan Tesla Model 3 sudah menggunakan LFP

Mobil Lisrik Hyundai Ioniq 5 menggunakan baterai NMC karena daya tahannya yang tinggi, energi padat dan degradasi yang rendah. Hyundai telah membangun pabrik pack dan sel baterai di Indonesia.

Selain Hyundai, ada Innova Zenix Hybrid yang menggunakan baterai Nikel dimana TMMIN (Toyota Manufacturing Indonesia) telah membangun fasilitas perakitan baterai termasuk Innova Zenix yang berbasis Ni-MH (Nickel Metal Hydrade)

Disclaimer ON :