PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk, berdiri sejak 2 Nopember 1971, beroperasi produksi komersil pada Maret 1975, bergerak di industri makanan dan minuman. Di bagian minuman, Perusahaan memproduksi berbagai minuman seperti susu, jus buah, teh, minuman tradisional dan minuman kesehatan, yang diproduksi dengan teknologi UHT (Ultra High Temperature yaitu proses pemanasan dengan suhu 140 derajat celcius dalam waktu 3-4 detik), dan dikemas dalam bahan kemasan aseptik (produk minuman bisa tahan lama tanpa harus menambahkan bahan pengawet). Di bagian makanan, Perusahaan memproduksi susu kental manis, susu bubuk, dan konsentrat jus buah tropis.
Pertengahan tahun 1970-an ULTJ mulai memperkenalkan teknologi pengolahan secara UHT dan teknologi pengemasan dengan kemasan karton aseptik (Aseptic Packaging Material)
Tahun 1975, ULTJ memproduksi secara komersial produk minuman susu cair UHT dengan merek dagang “Ultra Milk”
Tahun 1978, ULTJ memproduksi minuman sari buah UHT dengan merek dagang “Buavita”
Tahun 1981, ULTJ memproduksi minuman teh UHT dengan merek dagang “Teh Kotak” Hingga saat ini ULTJ telah memproduksi lebih dari 60 macam jenis produk minuman UHT. ULTJ menandatangani perjanjian lisensi dengan Kraft General Food Ltd, USA untuk memproduksi dan memasarkan produk-produk keju dengan merek dagang “Kraft”.
Tahun 1994, ULTJ mendirikan JV dengan nama PT Kraft Ultrajaya Indonesia, yang 30% sahamnya dimiliki oleh ULTJ dan sejak tahun 2002 ULTJ tidak lagi bertindak sebagai distributor dari PT Kraft Ultrajaya Indonesia. ULTJ melakukan ekspansi usaha dengan memasuki industri Susu Kental Manis (Sweetened Condensed Milk)
Tahun 1995, ULTJ memproduksi susu bubuk.
Tahun 2000, ULTJ melakukan kerjasama produksi (toll packing) dengan PT Sanghiang Perkasa yang menerima lisensi dari Morinaga Milk Industry Co Ltd untuk memproduksi dan mengemas produk-produk susu bubuk untuk bayi.
Tahun 2008. ULTJ menjual merek dagang “Buavita” dan “Go-Go” kepada PT Unilever Indonesia, dan mengadakan perjanjian produksi untuk memproduksi dan mengemas minuman UHT dengan merek dagang Buavita dan Go-Go.
ULTJ berkantor dan memiliki pabrik di lahan seluas lebih dari 23 hektar di jalan Raya Cimareme No 131, Kabupaten Bandung Barat.
Untuk pasokan bahan baku susu murni segar dipasok oleh para peternak sapi yang tergabung dalam Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, KUD lainnya dan Perusahaan Peternakan , sedangkan daun teh dipasok oleh Perusahaan Perkebunan, sedangkan jenis bahan baku produksi antara lain bahan kemasan aseptik untuk produk minuman UHT masih diperoleh secara impor tidak langsung.
Distribusi dan Penjualan, terdapat 87.500 titik penjualan di Pulau Jawa melalui jaringan distribusi PT Nikos Distribution Indonesia (entitas anak perseroan yang 70% sahamnya dimiliki ULTJ) yang memiliki jaringan pemasaran di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan beberapa kota lainnya di Jawa. Diluar Pulau Jawa, ULTJ menjual produk-produknya melalui kurang lebih 65 distributor. Penjualan ekspor melalui 14 distributor ke beberapa negara seperti Australia, Kamboja, Arab Saudi, Korea Selatan, Hongkong, Singapura, Timor Leste, Brunei, Maldives, Papua Nugini, Samoa, Tonga, Amerika Serikat.
Tahun 2023:
Kinerja ULTJ di tahun 2023, laba bersih naik 23% dari Rp 965 miliar di tahun 2022 menjadi Rp 1,18 Triliun di Tahun 2023. Penjualan bersih naik 8,44% yoy dari Rp 7,66 Triliun di tahun 2022 menjadi Rp 8,30 triliun di tahun 2023 (penjualan ini 99% dikontribusi oleh produk minuman dan 1% dari produk makanan).
Terkait penjualan produk rendah gula, kontribusi penjualan teh kotak jasmine less sugar masih kurang dari 1 % jika dibandingkan total penjualan perusahaan, namun demikian penjualannya tercatat tumbuh 8% jika dibandingkan tahun 2022. ULTJ juga menjual produk Ultra Mimi Kids Stroberi yang kadar gulanya berkurang dari 13 gram menjadi 7 gram saja.
Susu UHT Full Cream diolah menggunakan pemanis dari laktosa, di antara produk susu, kontribusi penjualan produk ini mencapai 26%, penjualannya naik 8% juka dibandingkan tahun 2022.
Dari sisi belanja modal, di tahun 2023 dilakukan percepatan penyelesaian gudang, pusat distribusi, dan pabrik di kawasan industry MM2100 yang sempat melambat dikarenakan penyediaan material akibat dampak pandemik covid19. Nilai belanja modak sebesar Rp 385 miliar bersumber dari kas operasional.
Pemegang saham ULTJ as per 31 Maret 2024:
34,39% Sabana Prawirawidjaja
23,78% PT Prawirawidjaja Prakarsa
15,39% PT Maybank Sekuritas Indonesia
3,60% Samudera Prawirawidjaja
1,11% Suhendra Prawirawidjaja
18,02% Masyarakat non warkat -scripless
3,71% Masyarakat-Warkat-Scrip
Tahun 2024:
Q1 2024 Penjualan mencapai Rp 2.297.857.000.000 vs Q1 2023 Rp 2.234.198.000.000, naik 2,84%. Laba tahun berjalan Rp 407.442.000.000 vs Rp 358.069.000.000 di Q1 2023, naik 13.78%.
Catatan Program Susu Gratis:
Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan skenario pemenuhan kebutuhan susu untuk Program Minum Susu Gratis (PMSG) dengan rencana impor 2,15 juta ekor sapi perah (laktasi) per tahun dari empat negara yaitu 1,5 juta ekor sapi perah dari Brasil (sapi tropis), 500.000 ekor dari Amerika Serikat (jenis jersey), 100.000 ekor dari Australia dan 50.000 ekor dari Selandia baru. Impor ini bisa dilakukan oleh BUMN maupun Swasta Nasional dengan kewajiban melakukan budidaya atas sapi-sapi dari luar negeri tersebut. Impor ini dilakukan dikarenakan Neraca Susu Nasional Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, populasi sapi prah 513.557 ekor di tahun 2023, produksi susu nasional hanya 0,9 juta ton padahal kebutuhan regular 4,6 juta ton susu per tahun (masih kurang 3,7 juta ton susu per ton = harus impor sapi perah 0,9 juta ekor). Jika PMSG untuk siswa SD saja (24 juta siswa), kebutuhan susu tambahan per tahun mencapai 1,18 juta ton dan perlu sapi perah impor tambahan (diluar regular) 300 ribu ekor senilai Rp 13,5 Triliun (asumsi harga Rp 45 juta per ekor). Sehingga secara total, kebutuhan susu regular dan PMSG Siswa SD sebesar 5,78 juta ton, dengan produksi hanya 0,9 juta ton, masih kurang 4,88 juta ton per tahun yang dipenuhi dari penambahan 1,25 juta sapi perah impor (0,9 juta ekor regualr dan 300 ribu ekor PMSG) dengan kebutuhan anggaran Rp 40,5 Triliun. Beda lagi hitungannya jika PMSG menyasar Pra-SD, Siswa SD, SMP, SMA, santri, ibu hamil totalnya 82,9 juta jiwa maka kebutuhan susu tambahan per tahun 4,1 juta ton dan perlu sapi perah impor tambahan (di luar regular) 1,1 juta ekor senilai Rp 49,5 Triliun. Sehingga secara Total kebutuhan Susu Regular dan PMSG bagi 82,9 juta jiwa mencapai 8,7 juta ton, dengan produksi 0,9 juta ton masih kurang 7,8 juta ton per tahun yang dipenuhi dari penambahan 2 juta sapi perah impor (0,9 juta ekor regular dan 1,1 juta ekor PMSG) dengan kebutuhan anggaran 90 Triliun.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi VIP Member Sahamdaily, klik link dibawah ini:
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website : www.sahamdaily.com