PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) sebagai bank dengan layanan digital yang inovatif didirikan pada 19 September 1989 dengan nama Bank Yudha Bhakti yang kemudian menggandeng PT Akulaku Silvrr Indonesia (Akulaku) untuk bertransformasi menjadi bank dengan layanan digital di Tahun 2020, Bank Yudha Bhakti resmi berganti nama menjadi Bank Neo Commerce atau BNC.
Di Akhir tahun 2023, jumlah total pengguna akun BBYB mencapai 25,6 juta, meningkat dibandingkan dengan 20,9 juta pengguna di akhir tahun 2022.
Pemegang saham BBYB as per 30 April 2024:
27,32% PT Akulaku Silvrr Indonesia
8,46% PT Gozco Capital
6,12% Rockcore Financial Technology Co Ltd
57,42% Masyarakat-Non Warkat – Scripless
0,68% Masyarakat -Warkat-Scrip
Hingga akhir tahun 2023, wilayah operasional BBYB mencakup enam provinsi melalui tujuh Kantor Cabang terdiri dari 1 KCU, KC Surabaya, KC Bandung, KC Semarang, KC Medan, KC Makassar, KC Malang, dan dua KCP yaitu KCP Ashta Mall dan KCP Pantai Indah Kapuk.
2023:
Pendapatan bunga bersih, 2023 =Rp 2.902.481.000.000, 2022 = Rp 1.448.657.000.000, 2021 = Rp 315.090.000.000, 2020 = Rp 158.231.000.000, 2019 = Rp 216.098.000.000. Pendapatan bunga bersih sebesar Rp 2.902,48 miliar di tahun 2023, naik 100,36% jika dibandingkan dengan tahun 2022 Rp 1.448,66 miliar.
Laba/ Rugi Bersih Tahun Berjalan , 2023 = Rugi Rp 573.180.000.000, 2022 = Rugi Rp 789.059.000.000, 2021 = Rugi Rp 986.289.000, 2020 = Rp 15.871.000.000, 2019 = Rp 16.003.000.000. BBYB membukukan beban operasional sebesar Rp 4.114,68 miliar, naik 53,02% dibandingkan tahun 2022 hanya sebesar Rp 2.668,90 Miliar.
Sebagai bank digital, BBYB melalui aplikasi Neobank mampu meningkatkan penyaluran total kredit sebesar Rp 10,78 Triliun di tahun 2023, naik 5,26% dibandingkan Tahun 2022 sebesar Rp 10,24 Triliun.
Rata-rata suku bunga (% p.a)
Kredit Korporasi , 2023 = 11,78% p.a, 2022 = 11,19% p.a
Kredit Ritel, 2023 = 12,28% p.a, 2022 = 11,94% p.a
Kredit Mikro, 2023 = 12,27%, 2022 = 12,19%
Kredit Konsumsi- KPR, 2023 = 11,77%, 2022 = 11,29%
Kredit Konsumsi-Non KPR, 2023 = 14,66%, 2022 = 15,37%.
Simpanan nasabah:
Giro, 2023 = 1,79% p.a, 2022 = 2,48% p.a
Tabungan, 2023 = 2,37% p.a, 2022 = 4,79% p.a
Deposito Berjangka:
7 hari, 2023 = 5,67% p.a, 2022 = 6,76% p.a
1 bulan, 2023 = 6,48% p.a, 2022 = 7,06% p.a
3 bulan, 2023 = 7,20% p.a, 2022 = 7,71% p.a
6 bulan, 2023 = 7,57% p.a, 2022 = 7,76% p.a
12 bulan, 2023 = 7,87% p.a, 2022 = 8,07% p.a
Deposit on Call, 2023 = 6,25% p.a, 2021= 3,60% p.a
Rasio Likuiditas, (mengukur kemampuan dalam membayar utang jangka pendek):
Rasio Giro Wajib Minimum (GWM), 2023 = 8,60%, 2022 = 7,98%
Rasio Kredit yang diberikan kepada Simpanan Nasabah (LFR), 2023 = 79,94%, 2022 = 73,21%, kedua rasio tersebut naik menunjukkan fungsi intermediasi terus ditingkatkan dan BBYB berupaya meingkatkan penyaluran dana dalam rangka meningkatkan pendapatan usaha.
Rasio Solvabilitas (memastikan Perusahaan memiliki modal yang kuat guna mendukung strategi pengembaangan usaha serta mempertahankan pengembangan usaha di masa mendatang, dimana rasio ini merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesehatan Perusahaan)
Rasio KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum)
KPMM untuk Risiko Kredit, 2023 = 29,42%, 2022 = 39,15%
KPMM untuk Risiko Kredit dan Operational, 2023 = 27,86%, 2022 = 36,79%
KPMM untuk Risiko Kredit, Operasional dan Pasar, 2023 = 27,86%, 2022 = 36,79%, semua rasio KPMM menurun sejalan dengan ekspansi usaha yang dilakukan perusahaan.
Rasio Rentabilitas (mengukur kemampuan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu)
Rasio Imbal Hasil terhadap Aset (ROA-Return on Asset), 2023 = -2,99%, 2022 = -5,20%
Rasio Imbal Hasil terhadap Ekuitas (ROE-Return on Equity), 2023 = -17,56%, 2022 = -32,67%
Marjin Bunga Bersih (NIM-Net Interest Margin), 2023 = 18,39%, 2022 = 13,83%
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO- Operating Expense to Operating Income), 2023 = 112,27%, 2022 = 127,28%. Rasio menunjukkan Perusahaan konsisten meningkatkan kinerja keuangan dibandingkan periode-periode sebelumnya.
Rasio Kredit Bermasalah (NPL-Non Performing Loan) mengukur tingkat kolektabilitas piutangnya melalui komposisi kredit yang diberikan berdasarkan status kolektabilitas sesuai dengan PBI (Peraturan Bank Indonesia) dan Rasio NPL:
NPL Gross atau Rasio Kredit Bermasalah Bruto, 2023 = 3,73%, 2022 = 2,56%
NPL Neto atau Rasio Kredit Bermasalah Neto, 2023 = 0,95%, 2022= 2,05%, terhadap pemburukan kualitas kredit yang diberikan ini, Perusahaan telah melakukan upaya preventif berupa analisa pemberian kredit lebih menyeluruh disesuaikan dengan profil risk perusahaan, pemantauan kondisi usaha/keuangan debitur secara rutin/berkala, maupun secara detektif berupa pemantauan proses restrukturisasi kredit secara disiplin agar tidak terjadi penurunan kualitas kredit serta percepatan penyelesaian kredit bermasalah.
2024:
Q1 2024 BBYB meraih laba bersih Rp 14,23 Miliar dibandingkan Q1 2023 Rugi Rp 68,40 miliar, laba ditopang pendapatan bunga bersih yan naik 19,36% yoy dari Rp 691,6 miliar menjadi Rp 825,52 miliar. Rasio NPL neto per 31 Maret 2024 sebesar 1,30% membaik dari sebelumnya 2,67% di Q1 2023. BBYB menaikkan Rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) naik dari 2,32% menjadi 3,31% per Maret 2024.
BBYB menjalin kerjasama dengan Moladin Group (platform fintech dan marketplace otomotif yang mendukung ekosistem mobil bekas dan kendaraan listrik di Indonesia yang mendukung UMKM . Melalui kerjasama ini, BBYB menyalurkan kredit modal kerja kepada PT Moladin Finance Indonesia (bagian dari Moladin Group) dengan tujuan untuk dapat menyalurkan pembiayan untuk UMKM. Moladin telah melibatkan lebih dari 26.000 agen dan dealer aktif dengan menciptakan platform otomotif digital yang komprehensif.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi VIP Member Sahamdaily, klik link dibawah ini:
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website : www.sahamdaily.com