PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), anak usaha dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) akan melakukan IPO dengan melepas 778,6 juta saham, masa book building dari tanggal 12-18 November 2024, dengan harga penawaran Rp 4.590 – Rp 5.900 per saham dengan potensi meraih dana IPO mencapai Rp 3,57 Triliun hingga Rp 4,59 Triliun. Masa Penawaran Umum 29 November – 03 Desember 2024. Dana IPO rencananya akan digunakan 40% untuk pemberian pinjaman ke anak usaha yaitu PT Maritim Barito Perkasa (MBP), 15% untuk pembayaran kembali atas sebagian pinjaman berdasarkan Perjanjian Pinjaman tanggal 03 Mei 2024 dengan PT Adaro Indonesia, sisanya akan digunakan untuk pembayaran kembali ke ADRO atas sebagian pokok pinjaman berdasarkan Perjanjian Pinjaman tanggal 24 Juni 2024.
AADI bergerak dibidang bisnis pertambangan batubara termal, logistik, Adaro Land (pengelolaan aset lahan), Adaro Water (pengelolaan air) dan bidang lainnya mencakup bidang investasi (Adaro Capital), ketenagalistrikan, jasa konsultasi pertambangan serta pengembangan teknologi informasi.
AADI memiliki saham di beberapa perusahaan pertambangan batubara yang memproduksi batubara berkalori menengah dengan kadar polutan rendah:
- PT Adaro Indonesia
- PT Paramitha Cipta Sarana
- PT Semesta Centramas
- PT Laskar Semesta Alam
- PT Mustika Indah Permai
- PT Pari Coal
- PT Ratah Coal
Pelaksana emisi efek dan penjamin efek dalam IPO AADI adalah PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM). TRIM merupakan pihak yang terafiliasi dengan ADRO, dimana Garibaldi “Boy” Thohir menjabat sebagai Presiden Direktur Adaro Energy Indonesia merupakan pemegang 34,64% saham TRIM dengan kepemilikan langsung. Boy Thohir memegang 6,426% saham ADRO dan menjadi pengendali melalui PT Adaro Strategic Investment dengan porsi saham 45,663%.
Saat ini Posisi Direktur Utama AADI diduduki oleh Julius Aslan, yang juga menjadi Direktur ADRO dan Komisaris ADMR (PT Adaro Minerals Indonesia Tbk).
Priyadi selaku Direktur AADI, Presdir PT Adaro Indonesia dan Direktur di ADMR
Lie Luckman selaku Direktur AADI, CFO di ADRO, Komisaris di ADMR
Susanti selaku Direktur AADI, Presdir PT Adaro Logistics
Budi Bowoleksono menjadi Komisaris Utama dan Independen AADI, Komisaris Independen ADRO dan ADMR, Komisaris Independen MDKA (PT Merdeka Copper Gold Tbk)
Primus Dorimulu menjadi Komisaris AADI
Per Juni 2024, AADI membukukan pendapatan USD 2,65 miliar setara dengan 89,4% dari total pendapatan ADRO, AADI laba tahun berjalan USD 922,76 juta, setara dengan 104,8% dari total laba bersih ADRO sebesar USD 880,18 juta. Laba AADI yang sebesar USD 922,76 juta termasuk keutungan yang tidak berulang sebesar USD 322,94 juta (non recurring income), yang hanya terjadi satu kali dan bukan merupakan bagian dari regular earnings AADI yang artinya bisnis inti AADI berkontribusi atas 2/3 atau 68% dari laba yang dicatatkan ADRO. Total asset AADI sebesar USD 5,43 miliar setara 52,9% total asset ADRO USD 10,26 miliar.
Sedangkan ADRO sebagai induk, membukukan pendapatan USD 2,97 miliar dan Laba tahun berjalan ADRO USD 880,18 juta.
AADI memiliki cadangan batubara yang substansial sekitar 1 miliar ton dan produksi tahunan sebesar 60 juta ton, dengan umur tambang lebih dari 17 tahun.
Manfaat Bagi pemegang saham ADRO:
Jika Spin off ini terlaksana, pemegang saham ADRO akan mendapatkan saham ADRO yang existing saat ini dan saham AADI. Investor berhak untuk berpartisipasi pada IPO AADI dan pada umumnya valuasi saham yang menggelar IPO akan di atas harga saat ini.
Membeli saham ADRO sebelum spin off dan ikut menebus saham AADI = mendapatkan kepemilikan saham AADI di harga yang lebih murah dan bisa dalam porsi lebih banyak.
Penjualan AADI ini akan ditawarkan dengan mekanisme Volume Weighted Average Price (VWAP) = Harga rata-rata tertimbang setelah penutupan perdagangan, dimana sistem ini membuat harga lebih stabil dibandingkan fluktuasi yang ada di pasar regular. Dari segi biaya juga lebih efisien karena hanya dikenakan pajak 0,1% dibandingkan melakukan unlock value seperti IPO yang harus membayar komisi broker 0,15%-0,25%, PPN 11% dari komisi dan levy 0,043%. Belum lagi jika terjadi oversubscribed di IPO, belum tentu bisa mendapatkan jumlah lot saham yang ditawarkan.
Dampak bagi ADRO
Ada risiko kinerja ADRO akan melambat di masa depan karena laba berkurang drastis setelah melepas AADI. Bagi pemegang saham ADRO nantinya jika tidak menebus AADI => risiko kehilangan kesempatan dari aset yang paling menguntungkan dan dilusi kepemilikan di ADRO dan potensi dividen yang didapatkan juga bisa berkurang.
Tujuan ADRO melakukan Spin-off, agar ADRO lebih ke green company dan lebih memudahkan mendapatkan pendanaan. ADRO ingin memiliki sekitar 50% dari total pendapatan berasal dari bisnis non batubara termal paling lambat tahun 2030. ADRO memiliki investasi di pertambangan batubara Metalurgi via PT Adaro Minerals Indonesia TBK (ADMR). ADRO memegang 83,839% saham ADMR as per 30 Sep 2024. Batubara metalurgi digunakan dalam industri baja. ADRO akan fokus ke proyek-proyeknya diantaranya PLTA 1,3 MW dan PLTS 400 MW. Intinya ADRO akan fokus ke Smelter Aluminium dan Hydro Power Plant.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terupdate, klik link dibawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com