ADRO: Downtrend sebagai Peluang

Adaro Energy Tbk.(Kode saham pada BEI:ADRO.JK) adalah Perusahaan Indonesia yang merupakan produsen batu bara terbesar di belahan bumi selatan dan keempat terbesar di dunia. CEO Garibaldi Thohir (orang indonesia) memiliki kira-kira seperenam saham dari Adaro, senilai lebih dari $ 1 miliar. Tahun ini keuntungan bersih perusahaan ini membaik kembali setelah jatuh 47% tahun lalu menjadi $ 245.000.000 (pada penurunan 4% dalam pendapatan menjadi $ 2,7 miliar). Pada semester pertama tahun ini Adaro sudah mendapatkan keuntungan bersih mencapai $ 268 juta, naik 113% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan naik 36% menjadi $ 1,8 miliar.[1]. Sumber data: https://id.wikipedia.org/wiki/Adaro_Energy

Dengan market capital 40.3 Triliun, ADRO bersaing dengan Perusahaan Batubara lainnya yaitu ITMG (22,82 Triliun), BYAN (63,3 Triliun), PTBA (46.08 Triliun).

Trend kenaikan Dividen yang dibagikan ADRO setiap tahunnya selalu menunjukkan kenaikan
Dividen 2017: 42,40; 2016: 32.80; 2015: 30,24; 2014: 28.77

Trend Kenaikan Pendapatan yang selalu naik:
Revenue 2018: 52.418 Miliar; 2017: 44.144 Miliar; 2016: 33.916 Miliar

Namun saat ini harga ADRO mengalami downtrend. Penurunan Harga saham ADRO tidak terlepas dari Prediksi Penurunan sebanyak 200 juta ton (4%) Impor batubara dari China dengan meningkatnya Produksi Lokal (di China) yang naik 3 % (3,1 Miliar Ton).

Hingga Awal April 2019, Pemerintah belum mengeluarkan Paket Kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) perihal ijin pertambangan batubara serta penerimaan negara dari bidang usaha komoditas batubara.

ADRO sebagai salah satu Perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) mengharapkan Rancangan PP bisa memberikan kesempatan untuk mempercepat pengajuan perpanjangan perijinan PKP2B dari semula 2 Tahun menjadi 5 Tahun sebelum masa berakhirnya PKP2B sehingga dapat memberikan kepastian dalam perencanaan dan pelaksanaan investasi tambang batubara selain itu ADRO juga berharap agar tidak ada pembatasan wilayah usaha pertambangan menjadi hanya sebesar 15.000 hektar.

Perbandingan Rasio-rasio ADRO: ITMG: BYAN: PTBA: Sektoral, sebagai berikut:
PE Ratio annualized = 6,66 : 6.02: 8.74: 9.17: 6.94
Net Profit Margin (quarter) = 11% : 10% : 25%: 21%: 9%
ROE (TTM) = 11% : 27% : 77% : 31% : 24%
Harga Saham = 1260 : 20.200 : 19.000 : 4000 (as per 5 April 2019)

Harga saham ADRO as per 5 April 2019 ditutup di harga 1260.

Range Pergerakan dengan Prediksi di Level Harga 1190-2310 menarik untuk diamati realisasinya di Market.

Join Premium Membership Sahamdaily, contact:

http://www.sahamdaily.com/join-membership atau Wa ke 085737186163

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *