PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA), emiten perikanan dan cold storage ini berencana ekspansi pasar ekspor ke Australia, Amerika dan Timur Tengah. Saat ini ASHA menjual produknya ke negara Thailand, China, Taiwan, Uni Emirat Arab, Philipina dan Jepang. ASHA mengakuisisi 99,97% saham PT Jembatan Lintas Global (LJG-perusahaan pengelohan ikan) yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur, tentu ini merupakan lokasi strategis untuk transit bahan bal ikan dari Indonesia Tengah dan Timur, JLG juga memiliki China Registration Number (CRN) yang menjadi salah satu syarat ekspor ikan ke China, JLG ini nantinya akan menjadi anak usaha ASHA yang menjadi ujung tombak ekspor ikan ke China.
Adanya dampak kenaikan harga BBM industri untuk kapal di atas 30 gross ton (GT) akan membebani operasional, untuk mengatasi hal ini ASHA bekerjasama dengan nelayan pesisir yang memiliki kapal bertonase di bawah 30 GT karena kelompok nelayan ini masih mendapatkan BBM Solar bersubsidi. Di samping itu, ASHA juga mengandalkan kinerja dari lini bisnis lainnya yaitu pemrosesan produk olahan yang memiliki nilai tambah.
ASHA berkerjasama dengan Norwegian Engineers and Architects AS (NAS) terkait rencana implementasi teknologi termuktakhir akuakultur di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas perikanan, dimana para peneliti akan menerapkan akuakultur dengan system closed-loop yaitu system pembudidayaan komoditas perikanan di darat dengan metode ruang tertutup, dengan menerapkan closed-loop system ini, bio-security dapat lebih terkontrol, hal ini berbeda dengan budidaya di lepas pantai yang jauh lebih riskan mengingat banyak faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol. Kajian ini akan dilakukan di daerah Lombok di atas lahan seluas 30 hektar, kerjasama ini menelan biaya USD 80 juta dimana 85% dana pengembangan diperoleh dari pinjaman lunak yang disediakan pemerintah Norwegia. Dengan mengadopsi teknologi NAS, diharapkan dapat mengurangi kendala proses budidaya perikanan dari segi infrastruktur. ASHA akan membudidayakan udang vaname, ikan baramundi dan lobster. Rencananya implementasi teknologi NAS, dari segi infrastruktur akan rampung di Q4 2023 dan proses produksi dapat dilakukan di awal 2024 dengan proyeksi produksi akuakultur ini mencapai 3.000 hingga 5.000 ton dengan kualitas Premium untuk pemenuhan permintaan pasar Eropa dan Amerika.
NAS akan mengakuisi 30% atau setara 1.500.000.000 saham ASHA.
Kinerja ASHA di Semester I 2022, pendapatan naik 23,87% menjadi Rp 171,89 Miliar dibandingkan pendapatan di semester I 2021 sebesar Rp 138,76 Miliar. Laba bersih naik 441,84% menjadi Rp 11,65 Miliar dibandingkan laba bersih di periode yang sama tahun lalu yaitu Rp 2,15 Miliar. Pada tahun 2022, ASHA menargetkan pendapatan mencapai Rp 400 Miliar dan target laba bersih mencapai Rp 22 Miliar.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi / Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi / Trading dari Pembaca.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini: