PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), yang bergerak dalam produksi dan pengembangan mineral terdiverssifikasi yang didalamnya meliputi tembaga, emas, zinc dan lead mencatatkan asset senilai USD 123 juta oleh PT Linge Mineral Resources (LMR) sebagai reklasifikasi dana proyek pengembangan usaha setelah memperoleh ijin eksplorasi, jadi hanya perubahan akun asset (reklasifikasi) dari Proyek Pengembangan Bisnis menjadi Aset Eksplorasi dan Evaluasi di NERACA.
Jadi Sejak akhir 2020,Proyek LMR tadi dibukukan di Neraca dalam bentuk Proyek Pengembangan Bisnis, di Semester II 2021 dapat ijin dari Pemerintah maka dibukukan di Neraca sebagai Aset Eksplorasi, jadi LMR ini memegang konsensi penambangan emas Linge Abong seluas 36.420 hektar di Provinsi Aceh. Tambang emas di Linge ini memiliki sumber emas sekitar 6,8 juta ton dan cadangannya sebesar 2,32 juta ton. Selain di Aceh, BRMS juga melakukan pengembangan proyek tambang emas di Palu dan Gorontalo.
Di tahun 2022, BRMS akan menambah produksi emas hingga 4000 ton emas per hari dengan diselesaikannya konstruksi pabrik emas kedua di Palu targetnya di Q2 2022 dimana saat ini BRMS memproduksi emas dari pabrik pengolahan pertama dengan kapasitas 500 ton bijih per hari sejak tahun lalu.
BRMS sendiri melakukan Right Issue ke dua di tahun 2021 dengan menerbitkan 23.630.673.389 saham dengan harga Rp 70 dengan total dana Rp 1,65 Triliun di Des 2021 ini, ada 2 stand buy buyer yaitu Summer Ace Ventures Limited dan Hartman International Pte Ltd, dengan rencana alokasi penggunaan dana hasil Right Issue:
1) USD 24 juta untuk aktivitas pengeboran untuk menambah cadangan bijih emas sekitar 10 juta ton bijih di lokasi tambang Motomboto, Gorontalo.
2) USD 29 juta untuk membangun satu pabrik pengolahan bijih emas dengan kapasitas 2.000 ton bijih per hari di Gorontalo
3) USD 24 juta untuk membangun infrastruktur jalan tambang sepanjang kurang lebih 30 kilometer dengan lebar 12 meter, fasilitas jembatan sepanjang 75 meter dari pelabuhan Tombolilato ke Lokasi Tambang Gorontalo
4) USD 21 juta untuk membangun fasilitas pendukung proyek
5) USD 10 juta untuk membangun fasilitas pengolahan limbah seperti pengeringan limbah bijih, tailing dam, detoxification plant.
6) USD 3 juta untuk pembelian alat-alat berat, perlengkapan dan peralatan tambang.
Proyeksi di 2024, BRMS bisa mulai mengoperasikan satu pabrik di Gorontalo dengan kapsitas 2.000 ton bijih per hari, tiga pabrik di Palu yang memiliki kapasitas total 8.500 ton bijih per hari
Berdasarkan data RTI per tanggal 30 Sep 2022, porsi pemegang saham BRMS:
1) 25,10 % Emirates tarian global ventures spc
2) 10,05 % 1St Financial Company Ltd
3) 8,15 % Sugiman Halim
4) 4,88 % PT Bumi Resources Tbk (P)
7) 51,82 % Masyarakat
Emirates Tarian Global Ventures spc ditenggarai merupakan entitas Group Salim, Emirates memperoleh saham BRMS via Hartman International Pte Ltd dan Summer Ace Ventures Limited.
Group Bakrie dan Group Salim sedang menjajaki proyek metanol dan industrial estate.
Group Salim memiliki tambang batubara via PT Ithaca Resources yang memiliki batubara dengan kandungan kalori rendah 3.500 kilokalori per kilogram (kkal/kg). Group bakrie via PT Bakrie Capital Indonesia menjalin kerjasama dengan Ithaca dan Air Products membangun industri metanol senilai USD 2 Miliar, perjanjian di tandatangani secara virtual pada 14 Mei 2021.
BRMS melalui anak usahanya PT Citra Palu Minerals (CPM) telah menyelesaikan pembangunan pabrik emas keduanya di Palu, Sulawesi. Saat ini CPM bersama WEG Australia Pty Ltd, WEG Group Brazil, Weir Minerals Australia, Metso Outotec dan CITIC Heavy Industry (China) sedang melakukan pengujian dry run (tanpa muatan bijih) dan pengujian wet run (dengan muatan bijih) pada semua peralatan yang ada pada pabrik tersebut.
Saat ini CPM mengoperasikan satu pabrik emas dengan kapasitas 500 ton bijih per hari di Palu, Sulawesi.
Saat ini BRMS memiliki tiga aset utama yang berada dalam tahap konstruksi yaitu Dairi Prima Mineral di Sumatera Utara, Gorontalo Minerals di Bone Bolango dan Citra Palu Minerals di Sulawesi Tengah.
Berhembus gosip terkait adanya rencana PT Amman Mineral Nusa Tenggara (Amman Mineral) mengakuisisi saham BRMS. Amman Mineral akan bersanding dengan entitas Group Salim yakni Emirates Tarian Global Ventures, dimana BRMS memiliki lahan konsensi tambang tembaga dan Amman Minerals sedang membangun smelter, BRMS akan menjadi pemasok smelter Amman Minerals.
BRMS memiliki aset tembaga sangat besar melalui PT Gorontalo Minerals (PTGM), dimana PTGM ini memiliki hak konsesi kontrak karya untuk pertambangan seluas 24.995 hektar yang terletak di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. PTGM memperoleh izin peningkatan tahap operasi sesuai Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No 139.K/30/DJ B/2019 tanggal 27 Feb 2019. Sebelumnya di Tahun 2018, PTGM juga memperoleh izin lingkungan kegiatan Penambangan dan Pengolahan Tembaga dan Mineral seluas 1.794 hektar di Blok I Komplek Sungai Mak Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. BRMS berencana menggarap tembaga di Gorontalo yang diprediksi memiliki cadangan 105 juta ton bijih dengan kandungan tembaga 0,7%. Proyek Gorontalo memiliki sumber daya hampir 400 juta ton dengan kandungan tembaga 0,49%.
Anak Usaha BRMS yaitu PT Citra Palu Minerals (CPM) telah menyelesaikan pembangunan pabrik emas keduanya di Palu, Sulawesi dan telah beroperasi di Bulan November 2022. Pabrik berkapasitas 4.000 ton bijih per hari akan memulai memproses sekitar 200 ton sampai 500 ton bijih per hari di Q4 2022 sehingga akan ada tambahan pengolahan 200 ton bijih per hari. Volume bijih yang diproses rencananya akan meningkat ke kisaran 1.000 ton hingga 2.000 ton bijih per hari di Q1 2023 dan diharapkan dapat memproses maksimal 4.000 ton bijih per hari pada April 2023.
Hingga Q3 2022, BRMS meningkatkan produksi emasnya melalui CPM sebesar 26% menjadi 124 kg dari sebelumnya 98 kg pada periode yang sama di tahun 2021. Per Q3 2022, BRMS merealisasikan harga jual emas sebesar USD 1.804.93 per ons troi naik dari realisasi harga jual di periode yang sama tahun 2021 di angka USD 1.731 per ons troi sehingga Pendapatan BRMS dari penjualan emas meningkat sebesar 28% dari USD 5,6 juta menjadi USD 7,2 juta. Hingga Q3 2022, BRMS mencetak penjualan sebesar USD 8,32 juta naik 1,03% dari periode yang sama tahun lalu yaitu USD 8,25 juta. Laba bersih USD 6,47 juta naik 5,80% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yaitu USD 6,11 juta
Hingga Semester I 2023, BRMS mencatatkan produksi emas sebanyak 236 kg setara 7.611 oz naik 200% dari periode yang sama tahun lalu yaitu 82 kg setara 2.531 oz. Kenaikan produksi ini karena PT Citra Palu Minerals (anak usaha BRMS) telah menyelesaikan konstruksi pabrik emas keduanya di Palu dengan kapasitas 4.000 ton bijih per hari di November 2022, di saping itu CPM juga mengoperasikan pabrik emas kapasitas 500 ton bijih per hari di Palu. Sejak 1 Juli 2023, kedua pabrik emas tersebut meningkatkan operasinya menjadi sekitar 2.400 ton bijih per hari. Harapannya di awal September 2023 pabrik tersebut bisa mencapai kapasitas penuh hingga 4.000 ton bijih per hari. Tentu saja hal ini menjadi sentimen positif bagi kinerja BRMS, dimana hingga Semester I 2023, pendapatan BRMS mencapai USD 15,8 juta naik 186% dari periode yang sama tahun lalu USD 5,53 juta. Laba bersih USD 5,63 juta naik 44% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu USD 3,91 juta.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi / Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi / Trading dari Pembaca.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini:
gold