PT Central Omega Resources Tbk (DKFT), sejak tahun 2008 sudah terjun dibidang pertambangan bijih nikel dan pada tahun 2011, DKFT mulai ekspor bijih nikel ke Luar Negeri, DKFT sudah mampu memproduksi bijih nikel sebanyak 3 juta ton per tahun. Tambang bijih nikel DKFT berlokasi di Sulawesi. DKFT memiliki kapasitas produksi sebesar 3 juta ton per tahun untuk penambangan bijih nikel dan 100.000 ton untuk smelter FeNi, keduanya berlokasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
2022: DKFT di Tahun 2022 menyediakan capex sebesar Rp 40 – 50 Miliar yang rencananya akan digunakan untuk akuisisi di bidang pertambangan batu kapur sebagai salah satu komponen smelter. DKFT juga fokus pada pengembangan smelter tahap kedua dengan teknologi Electric Furnace. Proyek smelter tersebut berlokasi di Kabupaten Morowali Utara dan akan menelan investasi senilai USD 500 juta dengan kapasitas produksi sebanyak 220.000 ton.
DKFT memprediksi penjualan tahun ini hanya mencapai kisaran Rp 810 miliar, prediksi tersebut turun sekitar 41% dibandingkan realisasi penjualan tahun lalu yang mencapai Rp 1,39 Triliun. Hal ini terkait seretnya pasokan bahan bakar kokas untuk smelter blast furnace dan juga harga kokas yang mengalami kenaikan sehingga DKFT memutuskan untuk tidak memproduksi feronikel dari smelter blast furnace tahun ini, jadi faktor yang krusial yang dihadapi DKFT bukan dari harga kokas melainkan dari pasokan kokas mengingat Produsen kokas terbesar adalah China dan selama ini DKFT mengimpor dari kokas dari China. China sendiri menggunakan kokas dalam jumlah besar, mengingat selain untuk sumber energi smelter blast furnace, kokas juga digunakan untuk pabrik peleburan biji besi yang pemakaiannya sangat besar. Disisi lain, Pemerintah China mengeluarkan kebijakan mengurangi emisi, pabrik kokas di China sebagian ditutup karena menghasilkan polusi cukup tinggi, akibatnya pasokan kokas menurun sementara permintaan masih tinggi, sehingga kokas naik.
Nah untuk mengompensasi anjloknya penjualan Feronikel, DKFT menggenjot penjualan bijih nikel, DKFT memprediksi volume penjualan bijih nikel di 2022 dapat mencapai 1,2 juta ton, naik 35,44% dibandingkan realisasi penjualan 2021 sebanyak 886.725 ton, dengan proyeksi penjualan mencapai Rp 810 Miliar dengan beban pokok penjualan Rp 562,41 Miliar, laba usaha senilai Rp 28,98 Miliar, DKFT di Tahun 2021 mencatatkan Rugi Usaha sebesar RP 341,48 Miliar.
DKFT saat ini sedang dalam proses menyeleksi mitra strategis untuk proyek Smelter Feronikel (FeNi) tahap II di Kabupaten Morowali Utara. Smelter yang rencananya akan membutuhkan biaya investasi USD 500 juta ini diharapkan bisa mulai commisioning (uji coba) di Tahun 2026. di Smelter tahap II ini, DKFT akan menjadi minority shareholder dengan proyeksi kepemilikan saham 10-20% dan sisanya dimiliki oleh Mitra Strategis.
Pemegang saham DKFT as per 30 Sep 2024:
61,63% PT Jinsheng Mining
2,53% Kiki Hamidjaja
0,23% Feni Silviani Budiman
0,00% Andi Jaya
33,17% Masyarakat
2,21% Saham Treasury
Selama periode Juli-Sep 2024, DKFT via anak usahanya yaitu PT Itamatra Nusanta (IMN) dan PT Mulia Pacific Resources (MPR) melakukan eksplorasi pada tambang nikel di desa Gandaganda, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah dengan menelan biaya Rp 2,21 Miliar. Sedangkan anak usaha lainnya yaitu PT Bumi Konawe Abadi (BKA) melakukan kegiatan eksplorasi di Desa Motui, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dengan menelan biaya Rp 2,92 Miliar.
Hingga Q3 2024:
DKFT membukukan Penjualan bersih Rp 960 Miliar, naik 93,93% yoy dari Rp 495 miliar. Laba tahun berjalan mencapai Rp 285,98 Miliar, naik 629,91% yoy dari Rp 39,18 Miliar
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Sahamdaily, bisa klik link dibawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website : www.sahamdaily.com