Isu Merger BUMI (PT Bumi Resources Tbk) dan ENRG (PT Energi Mega Persada Tbk) untuk memperbesar skala bisnis pertambangan, isu ini muncul lagi setelah penguatan harga saham ENRG akhir-akhir ini. Jika di Tahun 2005 ada artikel di Koran Bisns Indonesia dengan judul \’BEJ Telaah rencana merger BUMI”. Saat itu Accelon (perusahaan asal Kanada) menyatakan niatnya untuk membangun pabrik solar sintetis berbahan baku batubara di Kalimantan Timur dengan komitmen pembelian dari PT Pertamina. Fenomena penggabungan beberapa perusahaan minyak seperti Exxon dengan Mobill atau Chevron dengan Texaco, namun penggabungan perusahaan minyak dan tambang batubara masih langka.
ENRG hingga Q3 2021 Penjualan mencetak USD 295 juta dari sebelumnya USD 239 juta periode yang sama tahun lalu. EBITDA tercatat USD 172 juta dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu USD 148 juta. Laba bersih USD 18 juta turun dari periode yang sama tahun lalu yaitu USD 41 juta. Penjualan dan EBITDA dalam 9 bulan di 2021 membaik dikarenakan kenaikan produksi gas dari Blok Kangean.
ENRG melalui anak usahanya yaitu PT EMP Tunas Energi menandatangani kontrak kerjasama dengan SKK Migas dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Miineral untuk mengoperasikan Blok South CPP di Riau Sumatera yang memiliki skema cost recovery dan akan berakhir pada 2051. EMP melakukan Studi Geological dan Geophysical, pekerjaan Seismik 3D (50km2) dan pemboran 1 sumur eksplorasi. Blok South CPP diestimasi memiliki prospek sumber daya sebesar 49 juta barel minyak dan 87 miliar kaki kubik gas.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini: