IPO PT Merdeka Baterry Materials Tbk (MBMA)
MBMA adalah anak usaha Merdeka Copper Gold (MDKA). MBMA merupakan perusahaan rantai pasokan kendaraan listrik (EV) yang terintegrasi secara vertikal yang berlokasi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Pasca IPO, MDKA melalui PT Merdeka Energi Nusantara akan memiliki 49,21% saham MBMA, selain MDKA ada juga Garibaldi Thohir (yang biasa dipanggil dengan nama Boy Thohir) dengan kepemilikan 11,14%, dimana Boy Thohir ini juga memiliki saham MDKA sebanyak 7,35% (as per 11 April 2023-data RTI), Winato Kartono 6,33% sosok dibalik MDKA, PT Provident Capital Indonesia, PT Jingdong Indonesia Pertama dan Provident Capital Partners Pte Ltd, Hardi Wijaya Liong 2,71%, dimana Hardi ini adalah wakil presiden direktur TBIG dan pemegang saham utama PT Provident Capital Indonesia dan Edwin Soeryadjaya 2,13% merupakan Bos dari PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) , Agus Superiadi 0,22% mantan direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Huayong International (Hongkong Limited) 7,58%, PT Prima Langit Nusantara 4,16%, PT prima Puncak Mulia 3,79%, Philip Suwardi Purnama 2,42%, Trifena 0,07%.
Jadual Tahapan IPO:
Penawaran Awal 28 Mar – 04 Apr 2023
Harga Rp 780-795
Penawaran Umum 12-14 April 2023
UW : Indo Premier Sekuritas
Jumlah Saham yang Ditawarkan : Sebanyak-banyaknya 11,000,000,000 saham biasa atau sebanyak-banyaknya 10.24% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Rencana Penggunaan Dana IPO Rp 8,6 – 8,7 Triliun:
Sekitar 48% digunakan untuk pembayaran lebih awal untuk seluruh pokok utang yang timbul berdasarkan Perjanjian Fasilitas Berjangka USD 300 juta yang akan dibayarkan kepada MDKA dan ING Bank N.V., cabang Singapura (ING Bank).
Sekitar 18% untuk penyetoran modal kepada PT Merdeka Industri Mineral (MIN) untuk penyetoran modal dan pemberian pinjaman kepada PT Sulawesi Industri Pratama (SIP) masing-masing sebesar 50%.
Sekitar 14% dipinjamkan kepada ZHN (PT Zhao Hui Nickel) digunakan untuk Capex yaitu : Sekitar 8.0% akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pemasangan konversi nikel matte pada smelter RKEF ZHN yang saat ini sedang dalam proses pembangunan; dan sekitar 6% digunakan untuk modal kerja.
Sekitar 8% dipinjamkan kepada MTI (PT Merdeka Tsinghan Indonesia) untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan Proyek AIM I.
Sekitar 5.5% dipinjamkan kepada SCM (PT Sulawesi Cahaya Mineral) untuk modal kerja.
Sekitar 5% akan digunakan oleh Perseroan untuk mengambil alih hak tagih sebesar USD 30 juta yang timbul dari Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk pada 23 Agustus 2022 yang diberikan oleh MDKA kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI).
Sekitar 1.5% digunakan oleh Perseroan untuk modal kerja, antara lain untuk biaya karyawan, biaya jasa profesional, dan biaya keuangan.
MBMA saat ini memiliki dua smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas terpasang mencapai 38.000 Ni per tahun as per 30 September 2023, Sedangkan pengembangan proyek RKEF ketiga masih dalam tahap penyelesaian kontruksi dan ditargetkan beroperasi di Semester II Tahun 2023, begitu pula dengan Proyek High Pressure Acid Leach (HPAL ) yang diharapkan bisa mulai beroperasi di tahun 2026 dengan proyeksi kapasitas produksi sebesar 120 ktpa, dimana Proyek HPAL ini dibagi menjadi dua tahap dengan kapasitas produksi masing-masing 60 ktpa, tahap pertama diprediksi mulai beroperasi di Semster II 2025, tahap kedua diprediksi beroperasi di awal 2027. Smelter HPAL diharapkan dapat menyerap hingga 20 juta wmt bijih nikel limonit per tahun yang akan dipasok oleh SCM.
SCM menurut Wood Mackenzie, memiliki sumber daya hingga 1 miliar dry metric ton, yang bisa menyediakan untuk semua produk turunan nikel hingga 20 tahun ke depan sehingga bisa menjadi modal yang besar bagi pertumbuhan MBMA.
MBMA sendiri menargetkan memiliki saham di smelter HPAL sebanyak 66% sedangkan sisanya akan dimiliki oleh Ningbo Brunp CATL. Mengingat MBMA telah menandatangani term sheet dengan Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co. Ltd (CATL) dengan total nilai investasi USD 1,28 Miliar.
Beberapa aset bisnis MBMA:
- Tambang SCM (51% MBMA, 49% Tsinghan), SCM mengandung sekitar 13,8 juta ton nikel (kadar nikel 1,22%) dan 1 juta ton kobalt (kadar Kobalt 0,08%)
- Pabrik RKEF (50,1% MBMA, 49,9% Tsinghan), Dua smelter RKEF CSI (PT Cahaya Smelter Indonesia) dan BSI (PT Bukit Smelter Indonesia) yang memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 19.000 ton nikel berupa NPI per tahun
- Proyek AIM (Acid Iron Metal), mengolah bahan baku pirit kadar tinggi dari tambang tembaga wetar yang menghasilkan asam dan uap untuk pabrik pelindian HPAL
- Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP) yang merukan JV antara MBMA (32%) dan Tsinghan (68%) untuk pengembangan sekitar 3.500 hektar kawasan industri nikel yang fokus pada pemrosesan HPAL untuk logam baterai di wilayah konsensi SCM
- Pabrik HPAL yang dapat mengolah bijih limonit dari tambang SCM dengan kapasitas Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas sekitar 120Kt per tahun
- Jalan angkut khusus sepanjang 50 km yang menghubungkan tambang SCM-IKIP dan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan konsesi penambangan batu kapur seluas 500 Ha.
2023:
MBMA mencatatkan penurunan laba bersih menjadi USD 6,29 juta di tahun 2023 sedangkan pendapatan MBMA naik 191,46% dari USD 455,73 juta menjadi USD 1,32 miliar. Pendapatan ini ditopang oleh penjualan NPI sebesar USD 873,44 juta, nikel matte sebesar USD 438,59 juta serta bijih nikel limonit sebesar USD 16,29 juta.
Produksi nikel dalam NPI sebanyak 65.117 ton nikel dengan AISC (All-in-Sustaining-Cost) sebesar USD 12.262 per ton.
2024:
Di Q1 2024, MBMA mencetak produksi nikel sebesar 32.491 ton nikel yang terdiri dari 20.900 ton feronikel (FeNi) dan 12.041 ton nikel matte. Produksi bijih tambang SCM sebesar 1,2 juta wet metrik ton (wmt) dari limonit dan 0,5 juta wmt dari saprolit, sebanyak 1,1 juta wmt bijih saprolit dikirimkan ke pabrik peleburan RKEF MBMA. 1,1 juta wmt bijih limonit dikirimkan ke PT Huayue Nickel Cobalt (HNC), dimana 0,4 juta wmt dijual pada kuartal sebelumnya.
MBMA di tahun 2024 menargetkan pertumbuhan produksi nikel dalam matte maupun nikel dalam NPI sebesar 54%, dimana target produksi nikel total mencapai 147.000 ton, target ini lebih tinggi dibandingkan capaian produksi sepanjang tahun 2023 yaitu 95.450 ton (produksi nikel dalam NPI 85.000 hingga 92.000 ton dengan AISC (All-in-Sustaining-Cost) sebesar USD 10.000 hingga USD 12.000 per ton). MBMA menargetkan produksi nikel dalam matte nikel sebanyak 50.000 hingga 55.000 ton dengan AISC sebesar USD 13.000 hingga USD 15.000 per ton, target ini naik sekitar 81,32% dari capaian di 2023 sebesar 30.333 ton nikel dalam matte.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini: