PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) didirikan pada 06 September 2004 dengan kegiatan usahanya pertambangan dan pengolahan/pemurnian bijih nikel dan kawasan industri dengan kegiatan usaha penunjang industri pembuatan logam dasar bukan besi, jasa pengujian laboratorium dan aktivitas konsultasi manajemen lainnya. Seluruh aktivitas operasional berada di desa Kawasi, Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, sekitar 72 juta ton nikel atau 52% dari total cadangan nikel dunia tersebar di Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Permintaan nikel didorong oleh industri baja nirkarat, namun transisi energi global akan meningkatkan permintaan baterai untuk kendaraan listrik dan mendorong permintaan nikel sulfat dan kobalt sulfat yang tinggi di masa depan.
Tahun 2023:
Pendapatan naik 149,4% dari Rp 9.6 Triliun menjadi Rp 23.9 Triliun
Pendapatan : 2023 = Rp 23.857.861.000.000, 2022 = Rp 9.567.955.000.000, 2021 = Rp 8.229.176.000.000
Laba bersih naik 54% dari Rp 4.6 Triliun menjadi 7.1 Triliun.
Laba bersih : 2023 = Rp 7.068.054.000.000, 2022 = Rp 4.588.805.000.000, 2021 = Rp 2.076.818.000.000
Aset per 31 Desember 2023 naik 30,9% dari Rp 34.6 Triliun menjadi Rp 45.3 Triliun.
NCKL listed di BEI pada 12 April 2023.
16 Juni 2023:
NCKL via entitas asosiasinya yaitu PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL) menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang berhasil mengeskpor produk nikel sulfat sebanyak 5.584 ton ke Tiongkok
01 Sep 2023:
NCKL membentuk JV dengan nama PT Karya Tambang Sentosa (KTS) dimana NCKL memiliki 36% saham kepemilikan di KTS.
28 Nov 2023:
NCKL meningkatkan kepemilikan sahamnya di PT Gane Permai Sentosa (GPS) dari 70% menjadi 99% dengan membeli 6.090 lembar saham milik PT Harita Jayaraya.
29 Nov 2023:
NCKL mengakuisisi saham PT Gane Tambang Sentosa (GTS) sebanyak 989 lembar dari PT Harita Jayaraya.
Di Tahun 2023, harga nikel dunia mengalami pelemahan karena produsen utama nikel dari Indonesia meningkatkan pasokan seiring dengan mulai beroperasinya pabrik-pabrik baru sehingga kapasitas produksi meningkat signifikan. Mengutip data World Bank Commodity Price edisi Januari 2024, harga rata-rata nikel tahun 2023 turun 17% menjadi USD 21.521 per ton dari harga rata-rata tahun 2022 USD 25.834 ton, bahkan sempat menyentuh titik terendah USD 16.461 per ton di Bulan Desember 2023. Beda ketika di Tahun 2022 dimana harga nikel terus menguat sempat mencapai level tertinggi USD 33.924 per ton di Bulan Maret 2022, sedangkan harga terendah pada bulan Juli 2022 USD 21.482 per ton. Dalam rentang Jan – Des 2022, harga nikel menguat hingga 29%, ini dikarenakan dampak dari konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina dan melonjaknya permintaan dari konsumen utama Tiongkok.
NCKL memiliki dan mengoperasikan 2 proyek nikel laterit dengan penambangan aktif yang berasal dari konsesi NCKL dan PT GPS dan 2 konsesi pertambangan untuk prospek siap tambang yaitu PT GTS dan PT Jikodolong Megah Pertiwi (JMP). Keempat konsesi memiliki total estimasi cadangan dan sumber daya bijih sekitar 301,9 juta mwt.
NCKL memiliki 2 smelter RKEF melalui investasi di PT Megah Surya Pertiwi (MSP) yang memiliki 4 lini produksi dengan total kapasitas produksi 25.000 ton logam feronikel per tahun yang dihasilkan dari bahan baku 2,125 juta wmt bijih saprolit dan investasi di PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) yang memiliki 8 lini produksi dengan total kapasitas produksi 95.000 ton logam feronikel per tahun yang dihasilkan dari bahan baku 8,075 juta wmt bijih saprolit, dimana HJF mulai berproduksi dan menjual logam feronikel di awal tahun 2023 dan mencapai kapasitas penuh di bulan Agustus 2023, sehingga total kapasitas produksi smelter RKEF mencapai 120.000 ton feronikel per tahun yang membutuhkan pasokan 10,2 juta wmt bijih saprolit per tahun.
NCKL memiliki Refinery HPAL via investasi di PT Halmahera Persada Lygend (HPL) yang memiliki 3 lini produksi dengan total kapasitas 55.000 ton MHP per ton yang dihasilkan dari bahanbaku 7,7 juta wmt limonit.
Dari sisi Produksi, dengan penyelesaian proyek-proyek penambahan kapasitas produksi baik smelter Rotary Kiln Electric Furnance (RKEF) yang memproduksi feronikel sebagai bahan baku industri baja nirkarat maupun Refinery High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Produksi Logam Feronikel naik 300,2% dari 25.372 nikel ton menjadi 101.538 nikel ton. Produksi MHP naik 50,4% dari 42.310 nikel ton menjadi 63.655 nikel ton.
Volume Produksi pertambangan :
20,75 juta wmt bijih nikel, naik 93,7% dari sebesar 10,72 juta wmt. Bijih nikel yang dihasilkan terdiri dari Saprolit sebanyak 6,09 juta wmt, naik 37,7% dari sebesar 4,43 juta wmt dan limonit sebanyak 14,66 juta wmt, naik 133,1% dari sebesar 6,29 juta wmt.
Volume Penjualan bijih nikel naik 97,9% dari 7.77 juta wmt (wet metric ton) menjadi 15,38 juta wmt yang terdiri dari Saprolit sebanyak 6,30 juta wmt, naik 234,9% dari sebesar 1,88 juta wmt dan limonit sebanyak 9,08 juta wmt, naik 54,2% dari sebesar 5,89 juta wmt.
Tahun 2024:
Pada Q1 2024 NCKL mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1 Triliun, turun 26,82% dibandingkan Q1 2023 Rp 1,36 Triliun, Pendapatan sebesar Rp 6,03 Triliun, naik 26,07% dibandingkan Q1 2023 Rp 4,78 Triliun.
Dari sisi produksi, NCKL mencatatkan peningkatan produksi pertambangan sebesar 38% dari sisi output produksi, hal ini karena adanya peningkatan kebutuhan bijih nikel dari fasilitas pemurnian HPAL kedua yaitu PT Obi Nickel Cobalt (ONC) yang telah masuk ke tahap produksi pada akhir bulan Maret 2024 dan dengan dua jalur produksi lainnya diharapkan akan mulai beroperasi dalam beberapa bulan ke depan. Smelter RKEF NCKL telah berhasil mengaktifkan seluruh 12 jalur produksi mencapai kapasitas tahunan 120.000 ton nickel terkandung.
Ekspansi fasilitas smelter ketiga dengan teknologi RKEF di PT Karunia Permai Sentosa (KPS) tetap berjalan sesuai jadual untuk mulai beroperasi pada awal tahun 2025, yang akan menambah empat jalur produksi baru dengan kapasitas sekitar 60.000 ton nikel per tahun pada tahap pertamanya.
Pada fasilitas HPAL, NCKL telah melampaui tingkat produksi yang diperoyeksikan dimana di Q1 2024, output produksi mencapai 16.716 ton nikel terkandung dalam MHP (Mix Hydroxide Precipitate), melampaui kapasitas terpasang sebesar 22%.
Di Tahun 2024, NCKL menargetkan produksi sebesar 120.000 ton nikel dalam feronikel, hal ini mengingat dua smelter yang telah beroperasi yaitu Megah Surya Pertiwi (MSP) dan Halmahera Jaya Feronikel (HJF) yang masing-masing memiliki kapasitas terpasang 25.000 ton dan 95.000 ton.
NCKL bakal melakukan Right Issue dengan jumlah saham maksimal 18,92 miliar lembar saham (setara dengan 30% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh). RI akan dilaksanakan paling lambat 12 bulan setelah NCKL mendapatkan persetujuan pada RUPSLB di 15 Maret 2024.
NCKL mendirikan dua anak usaha baru yaitu PT Bhakti Bumi Sentosa (BBS) dan PT Cipta Kemakmuran Mitra (CKM). BBS fokus pada peningkatan praktik pengelolaan sisa hasil produksi, BBS akan mengolah sisa hasil produksi dari High Pressure Acid Leach (HPAL) yang berupa tailing menjadi barang-barang bernilai ekonomi. CKM untuk meningkatkan efisiensi operasional dengan memproduksi kapur tohor atau quicklime (salah satu bahan utama uang diperlukan untuk proses pemurnian bijih nikel kadar rendah menggunakan teknologi HPAL.
NCKL menargetkan capex sebesar USD 60 juta – USD 70 juta. Hingga Q1 2024, realisasi capex NCKL mencapai sekitar USD 27 juta
NCKL menargetkan produksi feronikel (FeNi) di tahun 2024 mencapai 120.000 ton dan produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebesar 75.000 – 85.000 ton kandungan nikel.
NCKL telah merealisasikan produksi FeNi disepanjang Semester I 2024 mencapai 63.414 ton, berada di atas kapasitas terpasang yaitu 60.000 ton, sedangkan produksi untuk MHP mencapai 38.334 ton.
Q2 2024:
Laba Kotor mencapai Rp 2,21 Triliun, naik 36% dari Rp 1,62 Triliun di Q1 2024.
EBITDA meningkat 49% menjadi Rp 3,168 Triliun di Q2 2024 dibandingkan Rp 2,13 Triliun di Q1 2023
Laba Bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 1,86 Triliun, naik 80% dari Rp 1 Triliun di Q1 2024.
Semester I 2024:
NCKL membukukan pendapatan Rp 12,8 Triliun, naik 25% dibandingkan pendapatan di Semester I 2023 Rp 10,24 Triliun. Hal ini didorong kenaikan outpout produksi dan volume penjualan yang lebih tinggi di seluruh unit operasi penambangan dan pengolahan nikel. Kapasitas produksi RKEF dan HPAL meningkat.
Volume penjualan Bijih Nikel mencapai 8,37 wet metric ton (wmt), naik 29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu 6,49 juta wmt
Produksi FeNi (operasi RKEF) naik 69% yoy mencapai 63.414 ton
Produki MHP Ni (operasi HPAL) naik 28% yoy mencapai 38.334 ton.
NCKL berpotensi meningkatkan produksi dan penjualannya seiring dengan beroperasinya HPAL yang kedua oleh PT Obi Nickel Cobalt (ONC) sehingga volume produksi dan penjualan bijih nikel dari bisnis pertambangan akan meningkat di Q3 2024 dibandingkan dengan Q2 2024.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi VIP Member Sahamdaily, klik link dibawah ini:
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website : www.sahamdaily.com