PT PAM Mineral Tbk (NICL) meraih laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk naik 209,30% menjadi Rp 24,66 Miliar di Q1 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 7,97 Miliar. Kenaikan laba tersebut berasal dari pendapatan bersih yang naik 126,32% menjadi Rp 222,20 Miliar di Q1 2022 dibandingkan Rp 98,18 Miliar di Q1 2021. Pendapatan tersebut diperoleh dari beberapa pelanggan yaitu PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy, PT Guang Ching Nikel and Stainless Stell, PT Kyara Sukses Mandiri, PT Sulawesi Mining Indonesia dan PT Indonesia Tsinghan Stainless Steel. NICL akan menaikkan target penjualan sebesar 15% dari target 2021 sebesar 1,3 juta ton menjadi 1,5 juta ton bijih nikel di 2022 yang terdiri dari 900.000 ton bijih nikel kadar tinggi (kandungan 1,5-1,75% Ni) dan 600.000 ton bijih nikel kadar rendah (kandungan di bawah 1,5% Ni). NICL juga mengajukan tambahan kuota produksi tambahan sebanyak 300.000 ton sehingga total kuota produksi menjadi sekitar 2,07 juta ton dan NICL optimis bisa merealisasikan 90% kuota produksi yang telah dikantongi.
Flashback tahun 2021 dimana Target produksi NICL di tahun 2021 sebanyak 1,3 juta ton : produksi sekitar 600.000 metrik ton berasal dari aktivitas pertambangan NICL dan 800.000 ton berasal dari Indrabakti Mustika Manajemen (IMM) yang merupakan anak usaha yang 99,05% sahamnya dimiliki oleh NICL jadi IMM ini berlokasi di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, IMM memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 576 hektar, izin IUP memiliki jangka waktu 20 tahun terhitung sejak 12 Maret 2014, Sedangkan tambang yang di0perasikan oleh NICL berlokasi di Morowali, Sulawesi tengah dengan luas IUP lebih kecil yaitu seluas 198 hektar dengan jangka waktu IUP yang bakal habis 12 tahun ke depan terhitung sejak 18 Februari 2022.
Untuk mencapai target-target di atas, NICL melakukan penurunan level jalan di beberapa STA MHR untuk meminimalisir proses slippery dan menekan losstime. NICL juga melakukan penyimpanan stock bijih nikel di Exportable Final Ore (EFO) untuk menjaga kadar air bijih nikel serta melakukan penumpukan batu gajah di sepanjang barier pelabuhan guna menjaga abrasi berkelanjutan, dengan melalukan hal tersebut diharapkan NICL tetap dapat melakukan penjualan bijih nikel di saat musim hujan.
Di tahun 2022 ini NICL menyediakan Capex sekitar Rp 4,5 Miliar untuk pembelian aset seperti mesin bor untuk memperluas eksplorasi.
Di tahun 2024, untuk memperluas jangkauan pemasaran dan menghasilkan mix hydroxide precipitate (MHP) yaitu bahan baku pembuatan katoda baterai, NICL menargetkan penjualan 920.000 ton bijih nikel kadar tinggi. Dalam jangka panjang, prospek industri pertambangan dan produksi nikel akan cerah dikarenakan tingginya kebutuhan nikel kadar tinggi terutama karena industri pengolahan (smelter). Dengan adanya kehadiran industri baterai nasional, seiring bertumbuhnya smelter dengan teknologi hydrometalurgi akan mendorong kinerja NICL dengan diserapnya nikel kadar rendah.
Hingga Semester I 2022, NICL meraih penjualan sebesar Rp 552,45 Miliar naik 271,86 % dari realisasi penjualan di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 148,56 Miliar. Laba bersih Rp 53,88 Miliar naik 107,37% dibandingkan perolehan di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 25,98 Miliar
Disepanjang Q3 2023, NICL membukukan laba bersih Rp 61,64 miliar, naik 8,43% yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2022 Rp 56,85 miliar, Penjualan nikel turun 1,8% yoy menjadi Rp 254,88 miliar hingga Akhir September 2023 dibandingkan Q3 2022 Rp 738,92 miliar, beban pokok penjualan turun 3,2% menjadi Rp 584,93 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2022 Rp 604,27 miliar.
Anak usaha NICL, yaitu PT Indrabakti Mustika (IBM) akan melakukan peningkatan produksi sekitar 39%, dimana IBM memiliki cadangan terkira 3,2 juta ton dan cadangan terbukti 1,1 juta ton, dengan total asset IBM Rp 633,89 Miliar. IBM melakukan penjualan bijih nikel kepada PT Kyara Sukses Mandiri. NICL akan fokus meningkatkan produksi nikel dari sebelumnya 2,1 juta ton menjadi 2,6 juta ton.
Di Tahun 2023, NCKL merealisasikan produksi bijin nikel sebanyak 20,75 juta wet metrik ton (wmt), naik 93,7% yoy. Dari sisi penjualan, volume penjualan bijih nikel naik 98%, mencapai 15,38 juta wmt dibandingkan 7,77 juta wmt di tahun 2022. NCKL menargetkan produksi sebesar 120.000 ton nikel dalam feronikel di tahun 2024, hal ini mengingat dua smelter yang telah beroperasi yaitu Megah Surya Pertiwi (MSP) dan Halmahera Jaya Feronikel (HJF) yang masing-masing berkapasitas 25.000 ton dan 95.000 ton. NCKL meraih pendapatan Rp 23,85 Triliun (pengolahan nikel Rp 20,76 T; Penambangan Nikel Rp 3,09 T), naik 149,35% yoy dari Rp 9,56 Triliun di tahun 2022. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk Rp 5,61 Triliun, naik 20,40% dibandingkan di tahun 2022 Rp 4,66 Triliun.
NCKL akan melakukan Right Issue setelah mendapat persetujuan perseroan pada RUPSLB pada 15 Maret 2024.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi VIP Member Sahamdaily, klik link dibawah ini:
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website : www.sahamdaily.com