PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menandatangani Consortium Agreement of Co-generation Coperation dengan PT PLN Indonesia Power untuk meningkatkan kapasitas yang ada di beberapa pembangkit panas bumi PGEO dengan potensi tambahan setrum panas bumi mencapai 230 MW. Tahap awal kerjasama ini akan menambah kapasitas sebesar 45 MW untuk proyek di PLTP Lahendong Binary Unit (15 MW) dan PLTP Ulubelu Binary Unit (30 MW) dengan nilai investasi mencapai USD 165 juta.
Pemegang saham PGEO as per 30 Sep 2024:
68,830% PT Pertamina Power Indonesia
14,961% Masdar Indonesia Solar Holdings RSC Limited
5,970% PT Pertamina Pedeve Indonesia (Pedeve)
10,239% Masyarakat
PGEO mengalokasikan capex untuk keperluan Merger & Acquisitions sebesar USD 300 juta (setara Rp 4,61 Triliun) yang akan digunakan untuk berbagai proyek panas bumi, termasuk peluang di Luar Negeri seperti Turkiye.
PGEO akan memulai pengeboran sumur panas bumi di Kenya dari lapangan Suswa tahun depan, hasil kerjasama dengan Geothermal Development Company. Blok Suswa di wilayah Narok, Kenya diperkirakan membutuhkan investasi sekitar USD 200 juta dengan proyeksi potensi kapasitas 100 MW – 300 MW.
PGEO menggenjot sejumlah peningkatan kapasitas terpasang sebesar 460 MW sampai dengan 2026 mendatang termasuk pengembangan proyek inorganik.
PGEO telah merealisasikan capex sebesar USD 51,96 juta (setara Rp 839,15 miliar) disepanjang Semester I 2024 atau sekitar 21,03% dari alokasi capex PGEO tahun 2024 USD 247 juta (setara Rp 3,98 Triliun). Capex yang terealisasi untuk pengembangan bisnis USD 28,87 juta untuk proyek Lumut Balai unit 1 & 2, proyek Huluais, eksplorasi Kotamabagu, eksplorasi Lahendong unit 7 & 8 serta proyek eksplorasi WK baru dan yang sudah ada dan belanja pengembangan non-bisnis USD 23,09 juta untuk pemeliharaan di lokasi I Kamojang, Lahendong, Ulubelu, Karaha, Sibayak dan Lumut Balai.
PGEO bersama Chevron New Energies Holdings Indonesia Ltd berencana melakukan eksplorasi untuk wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Way Ratai, Lampung. Melalui joint venture company yaitu PT Cahaya Anagata Energy (CAE), CAE telah menerima Izin Panas Bumi untuk WKP tersebut dari Kementerian ESDM. CAE menyiapkan komitmen eksplorasi USD 28,85 juta (setara 437,22 miliar). Blok Way Ratai ditargetkan bisa beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date-COD) pada tahun 2032.
PGEO menandatangani nota kesepahaman (MoU) bersama dengan PT Pertamina Power Indonesia dan Genvia (perusahaan asal Perancis) untuk percepatan pengembangan hidrogen hijau skala komersial di area Ulubelu. Kerjasama ini akan berfokus pada riset elektrolisis berbasis Solid Oxide Electrolyzer (SOEL) yang mampu mengurangi penggunaan listrik dalam proses produksi hidrogen hingga 30%. Genvia merupakan sebuah usaha patungan publik-swasta yang dibentuk oleh beberapa perusahaan dan organisasi terbuka yaitu CEA (Komisi Energi Alternatif dan Energi Atom Perancis), Schlumberger, Vinvi Construction, Vicat dan Pemerintah Daerah Occitanie di Perancis untuk mempercepat pengembangan teknologi hidrogen bersih.
PGEO bekerjasama dengan Keppel dan Chevron untuk penetrasi pasar Singapura, proyek percobaan dilakukan di blok Panas Bumi Ulubelu, Way Ratai dan Gunung Tiga yang berada di Lampung sedangkan penetrasi pasar Jepang dilakukan bersama dengan Tokyo Electric Power Company Holdings, Incorporated (TEPCO HD), adapun potensi panas bumi yang digunakan untuk produksi hidrogen hijau dilakukan di Blok Tompaso dan Lahendong yang berada di Sulawesi Utara.
PGEO menjajaki kerjasama dengan mitra potensial yang ada di Eropa dan Timur Tengah untuk Blok Seulawah yang berada di Aceh.
Di Semester I 2024, PGEO membukukan pendapatan USD 203,76 juta, turun 1,43% yoy dari Semester I 2023 USD 206,73 juta. Pendapatan Usaha PGEO berasal dari aset panas bumi Kamojang USD 77,75 juta, Lahendong USD 41,46 juta, Ulubelu USD 59,1 juta, Lumut Balai USD 20,99 juta dan Karaha USD 4,44 juta. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk USD 96,27 juta, naik 3,77% yoy dari USD 92,77 juta pada Semester I 2023.
Untuk periode per 30 September 2024, PGEO membukukan laba bersih USD 133,99 juta, naik tipis 0,36% dari periode yang sama tahun lalu USD 133,50 juta. Pendapatan turun 0,7% yoy menjadi USD 306,021 juta dari USD 308,19 juta di Q3 2023. Penurunan pendapatan terutama disebabkan melemahnya penjualan listrik dari sumur milik pihak ketiga yang turun 17,4% menjadi USD 12,812 juta.
Hingga Akhir Sep 2024, PGEO telah menyerap capex USD 84,05 juta untuk proyek pengembangan panas bumi di Lumut Balai dan Eksplorasi di Kotamobagu dan Lahendong.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Sahamdaily, bisa klik link dibawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website : www.sahamdaily.com