Sahm Rule merupakan salah satu indikator resesi. Sahm Rule dibuat oleh mantan ekonom Gedung Putih Claudia Sahm.
Sahm Rule => Bila selisih antara rerata tingkat pengangguran dalam tiga bulan terakhir dengan tingkat pengangguran terendah setahun terakhir mencapai 0,5 persentase => potensi terjadi Resesi.
Pada bulan Mei, Juni, Juli 2024, Amerika Serikat mencetak angka pengangguran 4%; 4,1%; 4,3%, sehingga rata-rata menjadi 4,13%. Sedangkan angka tingkat pengangguran terendah setahun terakhir di Amerika Serikat pada posisi 3,6% di Bulan Juli 2023, jadi terdapat selisih 0,53 poin persentase.
Hal ini mengakibatkan munculnya kekhawatiran terjadi resesi di Amerika Serikat, sehingga pada 05 Agustus 2024, terjadi aksi jual di berbagai bursa dunia, termasuk di Indeks Nikkei 225 yang anjlok hingga 12,4% pada Senin kemarin. Yield US Treasury tenor 10 tahun sempat turun dan yield US Treasury tenor 2 tahun naik, sehingga kurva imbal balik hasil terbalik => sinyal resesi.
Akibat adanya kekhawatiran resesi => berpengaruh ke pasar Carry Trade.
Nilai tukar Yen menguat terhadap USD.
Pasar Carry trade adalah jenis perdagangan yang melibatkan investor meminjam mata uang negara yang suku bunganya rendah seperti Jepang atau China dan menggunakannya untuk berinvestasi dalam mata uang yang suku bunga lebih tinggi seperti Meksiko.
Bank of Japan (BOJ) – Bank Sentral Jepang menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,25% (31 Juli 2024) dari rentang sebelumnya 0%-0,1% dan juga mengurangi program pembelian obligasi (melakukan Quantitative Tightening/ QT yaitu memangkas pembelian obligasi bulanan sekitar setengahnya menjadi JPY 3 Triliun (USD 19,6 miliar) dari JPY 6 Triliun, mulai Januari-Maret 2026). Suku bunga 0,25% merupakan suku bunga tertinggi sejak 2008 (16 tahun terakhir).
BOJ dikenal sangat konvensional dan lebih mempertahankan suku bunga ultra rendahnya bahkan ditengah lonjakan suku bunga global. Suku bunga ultra rendah -0,1% bertahan selama delapan tahun sebelum akhirnya dinaikkan sebesar 10 basis poin menjadi kisaran 0%-0,1% pada Maret 2024.
BOJ mengerek suku bunga karena ekspektasi inflasi Jepang yang menanjak, diperkirakan akan mencapai 2,5% pada akhir 2024 atau Maret 2025. Salah satu faktor yang akan meningkatkan inflasi Jepang adalah kenaikan upah pekerja di jepang.
Ketika nilai tukar Yen meningkat 7,5 selama seminggu terakhir, tentu saja jadi hantaman yang cukup kuat bagi pelakuĀ investasi Carry Trade. Investor Carry Trade yang melakukan pinjaman Yen terkena margin call karena Yen menguat, investor tersebut harus membeli Yen untuk menutup posisi mereka sebelumnya, mendorong mata uang Yen lebih tinggi.
Kelebihan Carry Trade:
- Potensi Keuntungan Suku Bunga: Carry trade memungkinkan investor untuk memanfaatkan perbedaan suku bunga antara dua mata uang. Dengan meminjam mata uang dengan suku bunga rendah dan menginvestasikannya dalam mata uang dengan suku bunga yang lebih tinggi, investor dapat menghasilkan pendapatan dari selisih suku bunga ini.
- Diversifikasi Portofolio: Carry trade dapat menjadi alat diversifikasi yang efektif dalam portofolio investasi. Dengan mengalokasikan sebagian dana ke dalam mata uang yang berbeda, investor dapat mengurangi risiko yang terkait dengan konsentrasi mata uang tunggal.
- Potensi Penggunaan Leverage: Carry trade seringkali melibatkan penggunaan levergae yang memungkinkan investor untuk mengamplifikasi potensi keuntungan. Dengan menggunakan leverage yang tepat, investor dapat memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi awal mereka.
- Stabilitas Suku Bunga : Carry trade dapat memberikan stabilitas dalam penghasilan investasi. Jika suku bunga mata uang yang diinvestasikan tetap stabil atau naik, maka potensi pendapatan dari carry trade dapat berlangsung dengan baik.
Kekurangan Carry Trade:
- Risiko Mata Uang: Carry trade sangat tergantung pada fluktuasi nilai tukar mata uang. Jika mata uang yang diinvestasikan mengalami depresiasi / volatilitas yang tinggi, dapat mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi investor
- Risiko Suku Bunga: Carry trade rentan terhadap perubahan suku bunga. Jika Suku bunga mata uang uang diinvestasikan turun, potensi keuntungan dari selisih suku bunga akan berkurang bahkan menjadi negatif. Perubahan suku bunga juga dapat mempengaruhi aliran modal dan mengubah kondisi pasar secara keseluruhan.
- Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik : perkembangan kondisi ekonomi dan peristiwa geopolitik di negara-negara yang terlibat dalam Carry Trade dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang.
- Likuiditas: Terkadang pasar mata uang mungkinkurang likuiditas terutama saat situasi pasar yang tidak stabil. Dalam kondisi tersebut, sulit untuk masuk atau keluar dari posisi carry trade dengan harga yang diinginkan, yang dapat mempengaruhi kinerja dan potensi keuntungan.
- Rasio Leverage yang Tinggi: Carry trade sering melibatkan penggunaan leverage yang tinggi untuk memperbesar potensi keuntungan. Namun leverage juga meningkatkan risiko kerugian. Jika pergerakan pasar berlawanan dengan posisi yang diambil, kerugian yang ditanggung dapat melampaui investasi awal.
Contoh Carry Trade
Ada negara Konoha dan Negara Wakanda dengan suku bunga yang berbeda. Suku Bunga di Negara Konoha adalah 1 % sementara suku bunga di Negara Wakanda 5%. Investor yang akan melakukan carry trade melakukan langkah-langkah sbb:
Peminjaman: Investor meminjam mata uang negara Konoha dengan suku bunga rendah, misalnya sebesar USD 100.000
Konversi Mata uang: Investor menukar USD menjadi mata uang negara Wakanda yang memiliki suka bunga yang lebih tinggi misal JPY
Investasi: Investor menginvestasikan JPY yang diperoleh ke dalam instrumen investasi yang memberikan suku bunga 5%
Pendapatan: Selama periode Carry Trade berlangsung, investor akan menerima pendapatan dari selisih suku bunga antara mata uang yang dipinjam dan mata uang yang diinvestasikan. Contoh selisih Suku Bunga adalah 4% (5%-1%), yang akan menjadi pendapatan Carry Trade
Pengembalian: Pada akhir periode Carry Trade, Investor dapat mengembalikan jumlah pokok pinjaman USD yang dipinjam semula, sementara tetap memperoleh pendapatan dari selisih bunga.
Di Indonesia sendiri, PR juga ada pada sektor Tenaga Kerja dan Lapangan Pekerjaan => Pengangguran.
Sebelum pandemi, tahun 2018 dan 2019, jumlah pekerja informal sekitar 74 juta – 75 juta, saat ini menjadi 84 juta (ada tambahan informal workers hampir 1,8 juta-1,9 juta). Terjadi swifting dari formal ke informal (affiliator online shop, dropshipper, ojek). Belum lagi PHK di sektor tekstil dan alas kaki.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi VIP Member Sahamdaily, klik link dibawah ini:
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website : www.sahamdaily.com